Setelah pernah mengalami gejala yang diduga Covid-19 beberapa bulan lalu, saya dan suami akhirnya memberanikan diri ikut program vaksinasi. Kami melakukan program vaksinasi karyawan dan keluarga karyawan Telkom Grup di Telkom Landmark Tower.
Alasannya, selain diundang oleh kantor suami, juga karena entah kenapa saya tidak bisa daftar program vaksinasi di aplikasi JAKI (Jakarta Kini). Disebut di aplikasinya kalau nama lengkap dan NIK saya tidak sesuai dengan yang di KTP. Padahal sudah saya pastikan beberapa kali kalau sudah benar. Ya sudahlah.
Bersyukur masih bisa ikut program vaksinasi dari kantor suami. Program vaksinasi ini diperuntukkan kepada karyawan dan keluarga karyawan Telkom Grup. Lokasi vaksinnya sendiri di Telkom Landmark Tower (TLT), Gatot Subrtoto, Jakarta.
Kami kebagian jadwal vaksi pada Jum’at, 23 Juli 2021 kemarin. Dan jenis vaksinnya adalah Sinovac. Setelah sampai di TLT, kami segera menuju lokasi vaksin. Meskipun siang hari, alhamdulillah gak panas sama sekali, karena sebelumnya turun hujan.
Sebelum melakukan registrasi di meja panitia, kami melewati petugas security dulu. Mereka menanyakan kartu karyawan Telkom Group sebagai syarat untuk masuk dan melakukan registrasi.
Aku sendiri lalu ditanya, apa bagian dari keluarga mas-mas ini (suami, maksudnya). Setelah semua oke, kami diberi semacam stiker berbentuk bulat oranye untuk ditempelkan di baju. Baru deh kami boleh masuk.
Peserta vaksin yang datang bisa duduk di kursi yang disediakan untuk menunggu giliran registrasi. Harus duduk urut dari deretan kursi paling belakang, gak boleh asal nyelonong duduk di kursi depan.
Prosesnya setiap peserta akan dipanggil oleh panitia registrasi dari kursi yang paling depan. Setelah itu, peserta di belakangnya langsung gantian nempatin kursi kosong yang ada di depan. Begitu seterusnya.
Saat sudah duduk di deretan kursi depan, ada seorang ibu tua yang duduk di samping kiri saya mau nyelak langsung ke meja registrasi, tapi oleh seorang panitia dihimbau untuk menunggu dulu dan mempersilakan bapak-bapak di samping kanan saya untuk maju duluan.
Di sini saya apresiasi panitianya, karena sehafal itu mana peserta yang datang duluan, sesuai urutannya. Jadi, gak ada istilah mau dulu-duluan atau selak-menyelak.
Registrasi Online
Saat sudah di meja registrasi, panitia menyuruh saya dan suami untuk mengisi data secara online di link yang tertera di kaca, atau bisa juga tinggal scan barcode-nya.
Untungnya, pas gabut nunggu di kursi tadi, saya udah ancang-ancang ngisi form-nya, jadi pas di meja panitia tinggal submit aja, hehe.
Pas registrasi ini, suami ikutan nimbrung, nyamperin saya di meja registrasi, terus ikutan ngisi form online tadi. Mungkin karena masih satu keluarga, jadi dibolehin sama panitianya.
Baca Juga : Pengalaman Mencari Tempat Tinggal di Jakarta, Susah Susah Gampang
Beres registrasi, kami dipersilahkan untuk menuju ke area tunggu selanjutnya. Di sini oleh panitia kami diberi kartu vaksinasi dan selembar form untuk diisi dengan data masing-masing.
Kartu Vaksinasi
Data yang diminta di kartu vaksinasi ini seperti nama lengkap, NIK, alamat KTP, no hp dan lainnya.
Formulir
Nah, kalau formulirnya berupa selembar fotocopy-an biasa yang berisi data-data yang harus isi. Untuk data pribadinya kurang lebih sama dengan yang di kartu vaksinasi, ditambah data-data kesehatan lain yang nanti diisi oleh dokter saat akan divaksin.
Jadi, data-data kesehatannya dikosongkan dulu saat itu.
Selesai isi form, kami harus menuggu giliran lagi. Nah, di saat-saat gabut ini saya baca standing banner informasi tentang KIPI atau Kejadian Ikutan Paska Imunisasi. Loh, kok imunisasi? Mungkin karena fungsi vaksin sama kayak imunisasi, yaitu untuk membentuk imun tubuh?
Berikut KIPI yang disebutkan pada banner.
Pada standing banner, terdapat info kalau misal ada peserta vaksin yang mengalami KIPI tersebut, dan masih berada di area vaksinasi TLT, bisa langsung mendatangi Mini ICU untuk konsultasi dengan dokter.
Atau jika KIPI-nya terjadi di luar, bisa segera menghubungi fasilitas kesehatan terdekat.
Secara umum, Kementerian Kesehatan atau Kemenkes juga udah share di akun sosial media resminya tentang apa yang perlu dilakukan bila terjadi reaksi setelah vaksinasi. Intinya harus tetap tenang ya!
Menunggu Giliran Vaksin
Next, kami ke area menunggu berikutnya. Dan ini prosedur menunggu terakhir, yaitu menunggu untuk dipanggil ke bilik vaksin untuk proses vaksinasi. Fiiuuh..akhirnya.
Eits, walaupun terakhir, nunggunya lumayan lama juga, kira-kira 30 menit-an, huhu. Saya sampai bete jadinya. Apa mungkin daritadi udah disuruh nunggu terus?
Ada dua bilik vaksin yang tersedia. Saya kira tadinya dipisah antara bilik pria dan wanita, ternyata dicampur aja gitu. Tapi gak apalah. Untungnya saya udah persiapan pake kaos oblong lengan pendek lalu pakai outer lagi.
Jadi walaupun misal nanti sebilik sama laki-laki selain suami, bisa diusahain gak terlalu terbuka aurat tangannya, hehe.
Sambil nunggu gini, saya perhatikan sekeliling, program vaksinasi di Telkom Landmark Tower ini diikuti oleh peserta dengan rentang usia remaja hingga lansia. Sepertinya banyak juga yang membawa keluarganya untuk ikutan vaksin.
30 menit kemudian..
Akhirnya saya dan suami dapat giliran, kami dipanggil panitia untuk masuk ke dalam bilik vaksin.
Walaupun sempat kepisah-pisah pas di kursi tunggu, saya dan suami bisa masuk ke dalam bilik yang sama dalam waktu yang bersamaan. Alhamdulillah, begitulah kalau jodoh ya, akhirnya dipertemukan juga. Eh?
Baca Juga : Find What You Love, Quote Legend Steve Jobs
Sebelum divaksin, kami diukur dulu suhu dan tensi darahnya oleh seorang Nakes dan diberi pertanyaan-pertanyaan seputar kesehatan pribadi oleh seorang dokter.
Pertanyaan antara lain sudah pernah terinfeksi Covid-19 belum? Kalau sudah pernah, kapan? Apa ada alergi obat tertentu? Apa ada penyakit bawaan? Dan lainnya.
Setelah dipastikan kami aman untuk divaksin, kami menuju Nakes lainnya untuk proses vaksinasi. Huhu, deg-degan.
Kebiasaanku, selalu nanya: “Sakit gak, Dok?” Buat nenangin diri, haha. Padahal udah tau rasanya disuntik kayak gimana.
Emang dasar cengeng aku tuh, haha.
Oiya, di dalam bilik vaksin gak diperkenankan ambil foto ya. Ya kali, sempet moto kan?
Selesai vaksin, kami menyerahkan formulir vaksinasi ke panitia untuk dimasukkan datanya ke sistem.
Kayaknya sih untuk update data juga ke aplikasi PeduliLindungi, kalau kami sudah resmi divaksin, sehingga berhak dapat sertifikat vaksin.
Sedangkan kartu vaksinasinya kami simpan.
Setelah divaksin, peserta tidak langsung pulang. Mereka diminta untuk menuju area observasi. Peserta harus melakukan observasi mandiri atas reaksi yang dialami tubuh dalam jangka waktu 15 menit.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, kalau misal peserta mengalami KIPI, maka harus segera mendatangi bilik Mini ICU yang berada dekat dengan Bilik Vaksinasi.
Alhamdulillah, saya dan suami tidak mengalami reaksi KIPI yang disebutkan. Jadi bisa langsung pulang.
Eits, sebelum pulang, belum afdhol rasanya kalau belum foto di photobooth “Saya Sudah Vaksin!” yang sudah disediakan panitia. Yeay, i got my first vaccine!
Selesai sudah kami mengikuti program vaksinasi di Telkom Landmark Tower ini.
Walaupun sudah vaksin, harus tetap disiplin prokes 5 M ya! Kalau kata dr. Tan Shot Yen, orang yang sudah vaksin masih bisa terinfeksi virus Covid-19. Tapi gejalanya bisa jadi ringan.
Apalagi antibodi pascavaksin baru terbentuk setelah 14 hari. Jadi, harus tetap hati-hati.
Buat kamu yang belum vaksin, ayo segera vaksin! Kalau misal ada kabar gak bener yang bikin kamu ragu vaksin, abaikan saja ya. Vaksinasi sudah dijamin aman oleh Kemenkes.
Dan sebaiknya kamu jangan menunda-nunda vaksin karena menunggu jenis vaksin yang kamu mau, atau vaksin yang dikenal lebih baik, dan sebagainya. Karena vaksin yang terbaik adalah vaksin saat ini!
Lalu SEKARANG harus vaksin AZ/Pfizer/Moderna atau? Apapun yg tersedia SEKARANG saja. Rekomendasi bisa berubah sewaktu-waktu. Semua vaksin aman. Perlindungan cukup sekarang lebih baik daripada perlindungan yg terbaik nanti. – Faheem Younus, MD.
Yuk, vaksin!