fbpx

Pengalaman Pertama Naik Motor dari Jakarta ke Puncak (Bikin Kapok?)

20 October, 2022

Pengalaman Pertama Naik Motor dari Jakarta ke Puncak (Bikin Kapok?)

Puncak selalu jadi tempat wisata favorit warga Jakarta. Selain memang lokasinya yang tidak begitu jauh dari Ibukota, Puncak menawarkan pemandangan indah dan menyediakan banyak tempat wisata menarik.

Setelah beberapa kali maju-mundur buat berwisata sejenak ke Puncak, Bogor, bersama suami tercinta, akhirnya bulan Juli lalu kami bisa merealisasikan liburan kami.

Terbayang sudah menikmati pemadangan hijau pepohonan di Puncak yang menjanjikan keindahan dan kesejukan bagi mata kami yang lebih banyak dihabiskan di depan layar laptop.

“Mau sewa mobil apa naik motor aja nih?”, tanya saya memastikan.

“Motoran aja lah. Sekali-kali mau nyobain naik motor ke Puncak,” jawab suami mantap.

Mendengar jawaban itu saya agak excited karena membanyangkan romantisnya selama di perjalanan layaknya pasangan muda yang touring naik motor ke Puncak.

Namun, sekaligus agak khawatir juga karena ini pertama kalinya saya akan menempuh perjalanan jauh dengan mengendarai sepeda motor.

Bayangan encok, capek, pegal selama di perjalanan dikalahkan oleh keinginan saya mendapatkan pengalaman baru tersebut seumur hidup bersama pasangan.

Lagipula, mumpung kami masih muda, ya gak? Hehehe.

Rute ke Puncak Naik Motor dari Jakarta

Setelah browsing sana sini mengenai rute terbaik yang harus kami tempuh dari tempat tinggal kami di Grogol, Jakarta Barat menuju Puncak, Bogor, akhirnya kami menemukan rute yang menurut kami terbaik, dari salah satu akun Youtube, yaitu sebagai berikut:

Grogol, Jakarta Barat —> Pondok Indah —> Lebak Bulus —> Ciputat, Jawa Barat —> Jl. Jampang Parung Raya —> Jl. Raya Pajajaran, Bogor Kota —> Jalur Exit Tol Ciawi —> Pasar Ciawi —> Puncak, Bogor

Pengalaman Perjalanan Jakarta Puncak Naik Motor

Manusia hanya bisa berencana, namun Tuhan yang menentukan.

Pepatah itu tepat sekali menggambarkan perjalanan kami menuju Puncak pada bulan Juli lalu.

Jadi, kami sebenarnya sudah merencanakan akan berangkat pagi-pagi sekali, kira-kira jam 07.00 paling lambat.

Namun ada kejadian tak terduga yang mengharuskan kami harus berobat ke RS saat itu juga.

Alhasil waktu keberangkatan kami pun jadi molor hingga siang hari.

Kira-kira pukul 11.00 kami baru berangkat dari tempat tinggal kami. Soal sholat dzuhur, akan kami jamak takhir di waktu Ashar nanti.

Segala puji bagi Allah yang sudah memberikan keringanan ini bagi musafir seperti kami.

Sebab, kalau nunggu waktu solat dzuhur, otomatis waktu keberangkatan kami jadi tambah mundur.

Jakarta – Ciputat : macet dan ramai kendaraan

Sebelum berangkat, kami membeli ayam bakar dulu sebagai bekal makanan saat tiba di Puncak, supaya tidak perlu repot-repot mencari makan saat tubuh masih kelelahan.

Waktu itu matahari sudah hampir terik, namun panasnya sudah lumayan menyengat dan membuat gerah.

Dari Grogol, kami menuju Kebon Jeruk, tepatnya ke arah ITC Permata Hijau. Selama perjalanan ini kondisi jalan lumayan ramai, tapi tidak macet.

Sepanjang jalan ini ada banyak pohon rindang, jadi pada tahap perjalanan ini kami tidak mendapatkan hambatan yang berarti, karena kondisi badan juga masih prima.

Menuju arah Pondok Indah Mall, kami selalu memilih jalan underpass alih-alih lewat atas untuk mencegah kemacetan. Memasuki daerah PIM (Pondok Indah Mall), kendaraan mulai ramai terutama oleh sepeda motor.

Saking ramainya, kami sempat bingung mau lewat jalan setelah dari PIM. Untungnya ada jalur busway menuju arah Lebak Bulus, yang juga merupakan tujuan kami. Jadilah kami mengikuti jalur tersebut.

Kami tidak begitu kesulitan saat menuju Ciputat dari Lebak Bulus, karena sebelumnya sudah pernah mengunjungi kerabat yang tinggal di daerah ini.

Ciputat – Bogor Kota – Ciawi : perjalanan panjang yang membosankan

Di Ciputat, tepatnya setelah melewati kampus UIN Ciputat, kami menepi ke pinggir jalan untuk beristirahat sejenak.

Waktu itu kira-kira sudah pukul 12.00 atau lebih, matahari pun terasa sangat terik. Adzan dzuhur telah berkumandang beberapa saat sebelumnya.

Langsung saja kami memanfaatkan waktu istirahat untuk minum yang banyak dan ngemil sedikit coklat Silverqueen untuk menambah energi. Kami beristirahat selama 10 menit untuk kembali cuss melanjutkan perjalanan.

Dari Ciputat menuju Bogor Kota, kami melewati jalan lintas yang juga melewati beberapa kabupaten seperti Depok, Citayam, dan lainnya.

Di jalan lintas ini saya merasa kebosanan setengah mati karena jalannya yang lurus lempeng, monoton, dan tidak ada pemandangan menarik untuk dilihat.

Di sepanjang jalan hanya berupa rumah-rumah warga, lahan kosong, pabrik kecil, dan bangunan kecil lainnya seperti Kantor Kecamatan, Puskesmas dan lainnya.

Tidak ada pemandangan menarik yang bikin mata saya melek.

Debu langsung bertebaran setiap ada kendaraan yang melesat melewati kami. Apalagi yang melintas jalan ini kebanyakan kendaraan-kendaraan besar seperti truk dan mobil losbak.

Dan entah kenapa matahari di jalan ini begitu panas menyengat, menambah kesan gersang bak melewati jalanan tak berujung di tengah gurun pasir.

Sesi membosankan pada rute ini berlangsung kira-kira selama satu jam lebih. Pada sesi ini, kami juga sempat istirahat sejenak untuk meregangkan badan.

Saya sudah mulai lega saat kami menemukan jalan layang di kejauhan yang menandakan bahwa kami sudah akan memasuki kawasan Bogor Kota.

Sesuai petunjuk rute yang kami tonton di video Youtube, kami harus memilih jalur tepat di bawah jalan layang ini untuk sampai ke Bogor Kota.

Namun perasaan lega saya hanya sementara setelah saya tahu bahwa ternyata jalan layang ini juga seperti tidak berujung. Kira-kira setengah jam lebih kami menjadikan jalan layang ini sebagai petunjuk arah.

Jalan layang ini rupanya terus ada hingga masuk gerbang tol menuju Bandung. Sebelum gerbang tol tersebut, ada lampu merah di persimpangan jalan.

Kami awalnya bingung harus lewat mana, sampai memberanikan diri kepada seorang pengendara motor yang ada di depan kami.

“Misi Kang, kalau mau ke Puncak lewat mana ya?” tanya suami sopan.

“Oh, lurus aja. Ikutin saya saja, kebetulan saya juga mau ke Puncak,” jawab Akang berjaket merah dengan tas ransel itu dengan ramah.

“Makasih, Kang,” ucap suami lega.

Selanjutnya kami terus saja mengekor di belakang motor si Akang tersebut sampai ke tujuan selanjutnya, Puncak.

Ciawi – Puncak : sudah hampir sampai, tapi perjuangan belum selesai

Ternyata rute yang harus kami lewati tidak sesederhana seperti yang ditampilkan di video Youtube acuan kami. Wajar sih, karena durasi di video tentu sangat terbatas, jadi tidak semua medan jalan bisa terekam.

Melewati Bogor Kota ternyata lebih menantang karena sama seperti di Jakarta, di sana pun mobilitasnya sangat tinggi sehingga jalanan dipadati dengan kendaraan bermotor—di sini sudah tidak ada truk dan losbak.

Belum lagi banyaknya lampu merah, tikungan, persimpangan, dan jalan putar balik yang membuat bingung kalau saja kami tidak bertemu dengan akang baik hati tadi. Kami sangat bersyukur sekali.

Sekitar kurang lebih satu jam kami sampai di Pasar Ciawi, yang juga merupakan titik perpisahan kami dengan akang tadi.

Setelah mengucapkan banyak terima kasih, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Puncak. Untungnya saya masih agak-agak ingat kawasan ini. Jadi, suami langsung jalan saja mengikuti arahan saya.

Saya girang karena udara dingin khas Puncak sudah mulai terasa. Akhirnya, sebentar lagi sampai!

Tapi, saya harus kembali menelan kecewa karena perjalanan tidak berjalan mulus sesuai harapan.

Memasuki kawasan Simpang Gadog terjadi kemacetan mengular yang cukup panjang hingga ke arah Taman Wisata Taman Safari atau bahkan lebih.

Ilustrasi kemacetan yang kami alami di Simpang Gadog | Antara

Kami berdua sampai menggeleng keheranan menghadapi kemacetan ini.

“Padahal ini weekday loh, gak nyangka bakal kena macet juga!” ujar saya agak bete menyadari bahwa perjuangan kami untuk sampai Puncak belum lah berakhir. Bahkan mungkin inti perjuangannya baru saja dimulai di sini! Huft.

Saya kemudian menyadari bahwa penyebab kemacetan ini ya karena ada ratusan orang lain yang berpikiran sama seperti kami: liburan ke Puncak di saat weekday! 

Besyukur kami mengendarai motor yang mana kami bisa terus melaju sambil nyelap-nyelip ke setiap bagian jalan yang kosong.

Kemacetan tersebut ternyata masih terus berlangsung sampai beberapa kilometer selanjutnya. Terutama saat melewati kawasan wisata seperti Taman Safari, Cimory, Taman Matahari, Gunung Mas, serta beberapa penginapan di sekitarnya.

Sebenarnya di area itu terdapat banyak penginapan. Suami pun agak menyesali karena ternyata penginapan kami masih jauh ke atas lagi, tepatnya di Cipanas.

Tapi mau bagaimana lagi, karena objek wisata kami—Curug Cibereum, Gunung Gede—memang berada di Cipanas.

Baca Juga : Healing Sejenak ke Air Terjun Cibereum, Gunung Gede

Jalanan baru mulai lowong ketika medannya sudah mulai menanjak dan berliku, khas memasuki kawasan dataran tinggi, di mana di sisi kanan kiri berupa perkebunan teh yang hijau dan luas—tapi sayangnya terhalang oleh banyaknya warung-warung di pinggir jalan.

Udara yang kami hirup sudah mulai bersih, udaranya dingin dan asri.

Kami mulai benar-benar lega ketika sudah melihat Masjid At-Ta’awun di atas sana, di kejauhan. Akhirnya…

Masjid At-Ta’awun, Puncak | kotabungavilla.com

Hotel di Puncak : akhirnya sampai dan bisa rebahan

Tidak begitu jauh dari Masjid At-Ta’awun, kami akhirnya sampai di penginapan kami, Grand Metro Hotel, Puncak.

Bangunannya yang berwarna oranye menyala seolah ceria menyambut kami yang bersimbah peluh ditempa ruwetnya medan jalan yang kami lewati dari Jakarta ke Puncak.

Sekitar pukul 15.00 kami check in dan kemudian merebahkan diri di kasur kamar hotel yang empuk dan dingin, yang sekaligus menandakan akhir dari kisah perjalanan kami yang panjang dan melelahkan.


Baca Juga: Rekomendasi Hotel Murah di Puncak (Plus Review)

Lama perjalanan dari Jakarta ke Puncak naik motor kira-kira 4 jam atau lebih, tergantung kondisi jalan dan kecepatan motor.

Tips Perjalanan Jakarta – Puncak Naik Motor

Nah, bedasarkan pengalaman kami mengendarai motor dalam perjalanan Jakarta – Puncak dan sebaliknya, berikut ini beberapa tips aman dan nyaman berkendara motor yang perlu dilakukan.

1. Pastikan motor dalam kondisi prima

berapa jam naik motor jakarta puncak

Photo by Gijs Coolen on Unsplash

Sebelum berangkat, periksa kembali kondisi motor agar perjalanan menjadi aman dan nyaman. Misal periksa kondisi ban, rem tangan, oli mesin, dan lainnya.

Supaya lebih yakin, ada baiknya melakukan servis ke bengkel motor untuk memastikan, seperti yang telah kami lakukan. Saat diservis, kami informasikan kepada montirnya bahwa kami akan melakukan perjalanan jauh dengan motor ini, jadi mereka bisa melakukan pemeriksaan secara lebih detail.

Memang sih, kami jadi harus mengeluarkan budget lebih untuk motor (bahkan waktu itu nilainya sampai hampir sejuta!), tapi menurut saya itu lebih baik daripada resiko yang timbul jika kita mengunakan motor yang kurang bagus kondisinya.

2. Istirahat cukup dan olahraga ringan

Bukan hanya kondisi motor saja yang harus prima, pastikan juga kondisi tubuh dalm keadaan fit. Soalnya kita akan menempuh perjalanan jauh di atas jok motor yang pasti akan sangat melelahkan.

Yang bisa dilakukan di antaranya istirahat yang cukup dan olahraga ringan sebelum keberangkatan, agar tubuh sehat dan bugar selama di perjalanan.

3. Berangkat di pagi hari

Usahakan berangkat di pagi hari, karena udara selama di perjalanan akan lebih sejuk dan dingin. Matahari pun belum begitu terik.

Selain itu, agar bisa tiba di hotel atau daerah Puncak lebih awal, sehingga bisa punya banyak waktu untuk bersantai dan berkeliling di sana.

4. Jangan lupa sarapan atau makan

Intinya pastikan perut tidak kosong sebelum berangkat. Tapi juga jangan makan terlalu banyak, karena nanti malah akan membuat mengantuk selama di perjalanan, yang justru membahayakan keselamatan.

Bisa juga meminum kopi atau teh sebelumnya agar tidak mudah mengantuk.

5. Bawa air minum yang cukup

Bagi orang yang mudah dehidrasi seperti saya, membawa air minum menjadi hal yang wajib. Sebab kalau tidak, bukan cuma akan merasa kehausan, tapi juga bisa menjadi sakit kepala tidak tertahankan. Jangan sampai nih, karena dehidrasi kita malah jatuh sakit dan acara liburan ke Puncak jadi terganggu.

6. Kenakan pakaian yang nyaman dan aman

Pakaian yang nyaman misalnya dengan memakai jaket untuk mencegah angin masuk ke tubuh selama di perjalanan dan kaus berbahan katun yang tipis untuk menahan keringat. Sedangkan alas kaki, disarankan memakai sepatu, selain nyaman juga aman untuk pengendara motor. Oiya, jangan lupa pakai helm ya!

7. Berdoa

Sebelum berangkat—bahkan sebelum keluar rumah—jangan lupa berdoa meminta keselamatan dan perlindungan selaman di perjalanan dari Yang Mahakuasa. Semoga perjalanannya lancar, aman, dan sampai dengan selamat di tempat tujuan.

8. Set alarm tiap satu jam untuk istirahat

Kadang kalau sudah asik di jalan, kita jadi lupa untuk istirahat. Tahu-tahu pinggang sakit karena kelamaan di atas jok motor. Tips dari saya, set alarm setiap satu jam untuk menepi dan beristirahat sejenak merenggangkan badan. Jika satu jam dirasa terlalu lama, bisa di-set sesuai ketahanan tubuh masing-masing.

Plus Minus Naik Motor Jakarta ke Puncak

Plus

#1 Hemat ongkos

Bagi kami yang belum punya mobil sendiri, ditambah hanya pergi berdua, rasanya berkendara motor ke Puncak lebih hemat ongkos, dibandingkan harus menyewa mobil. Belum lagi biaya bensin, tol, atau parkir.

Dengan naik motor, kami hanya mengeluarkan kocek untuk bensin dan biaya servis (itu pun memang harus dilakukan).

#2 Terhindar dari macet

Yang saya suka dari naik motor ke Puncak adalah kami terhindar dari macet panjang di area Puncak, dalam artian motor kami masih bisa nyelip-nyelip di tengah kemacetan.

Bahkan saat ada penutupan jalan saat balik dari Puncak ke Jakarta, kami masih bisa lewat di pinggir-pinggir jalannya. Benar-benar menghemat waktu kami.

#3 Lebih romantis?

Mungkin terkesan lebay, tapi saya merasakan suasana lebih romantis dengan naik motor bersama suami. Selama di perjalanan, kami saling care satu sama lain, saling menguatkan, dan menyemangati di tengah perjalanan yang panjang meleleahkan itu. Dan saya pribadi merasa seperti muda-mudi aja gitu, hehehe.

Minus

#1 Menghabiskan banyak waktu

Tidak bisa dipungkiri kalau jarak Jakarta – Puncak itu sangat jauh, apalagi jika ditempuh dengan kendaraan sepeda motor, yang hanya bisa melewati jalanan umum—bukan jalan tol.

Terhitung kemarin kami menghabiskan sekitar 4,5 jam untuk tiba di Puncak. Tapi, tentu lama perjalanan ini tergantung kecepatan kendaraan (ngebut atau tidak), kondisi jalan (macet atau tidak), dan faktor lainnya (misal waktu istirahat, makan, dan lainnya).

#2 Capek, pegal, dan encok

Berjam-jam di atas jok motor tentulah membuat badan kami jadi capek, pegal, dan sedikit encok di bagian pinggang. Bahkan saya merasa lutut kaki saya agak sakit karena terlalu lama ditekuk saat duduk.

Tapi ini pun tergantung kondisi badan masing-masing orang. Bagi yang sudah terbiasa naik motor jarak jauh, tentu tidak masalah. Dan karena motor kami hanya motor matic biasa—bukan motor ninja atau apa pun itu—jadi memang posisi duduknya tidak didesain untuk menempuh perjalanan jauh.

#3 Bosan selama di perjalanan

Sebab jarak tempuh yang memang jauh banget, selama di perjalanan aku sering merasa bosan. Kadang saya membatin sendiri, kok ini gak sampe-sampe ya? Lama banget! Saking lamanya perjalanan. Yang bisa saya lakukan waktu itu hanya nyanyi-nyanyi sendiri selama perjalanan, hahaha.

Jadi, Kapok atau Mau Coba Lagi?

Well, sebenarnya saya tidak menyesal mendapatkan pengalaman naik motor berdua bersama suami ke Puncak, tapi rasanya saya (dan suami juga) tidak ingin melakukannya lagi untuk kedua kalinya. Intinya, saya tidak kapok, tapi saya gak mau lagi, hehe.

Dan setelah dipertimbangkan lagi, sepertinya akan lebih baik kalau kami naik KRL dulu dari Stasiun Jakarta Kota menuju St. Bogor untuk kemudian menyewa motor di sekitar stasiun menuju kawasan Puncak. Jadi, akan menghemat perjalanan motor kami agar tidak terlalu jauh dan melelahkan.

Baca Selengkapnya
Previous Post:

Museum Sejarah Jakarta

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Fitri Apriyani
Blogger yang suka nulis tentang SEO, traveling, gaya hidup minimalis, dan finance. Kadang juga sharing tentang pengalaman pribadi dan opini.

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

calendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram