Rem “Impulsive Buying “ Saat Bulan Ramadan Agar Anggaran Tak Bengkak

5 March, 2025

Rem “Impulsive Buying “ Saat Bulan Ramadan Agar Anggaran Tak Bengkak

Siapa yang tidak suka belanja? Hampir semua orang menikmati kegiatan ini. Belanja bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan, bahkan jika hanya sekadar cuci mata tanpa membawa uang. Namun, apakah bijak jika belanja berlebihan hingga melebihi anggaran yang tersedia atau membeli makanan dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari yang bisa dikonsumsi sekaligus?

Awalnya, saya berpikir bahwa selama puasa kebutuhan akan berkurang, sehingga pengeluaran pun akan menurun. Namun, asumsi saya ternyata salah.

Setiap hari Sabtu, saya berbelanja mingguan di sebuah pasar swalayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Biasanya, saya pergi berbelanja sekitar pukul 14:00 dengan asumsi swalayan masih sepi, terutama di minggu ketiga setiap bulannya, ketika banyak orang belum menerima gaji. Saya sudah menyusun daftar belanja dari rumah agar bisa lebih cepat menyelesaikan belanjaan.

Namun, saat saya tiba di kasir, saya sangat terkejut melihat antrean panjang di setiap loket pembayaran. Tiap pembeli membawa belanjaan dalam jumlah luar biasa banyak, dengan satu hingga dua troli penuh. Beruntung, saya bisa membayar di kasir khusus untuk pembeli dengan keranjang.
Belum selesai keterkejutan saya, saya juga mengamati hampir semua restoran di sekitar swalayan penuh dengan pengunjung. Padahal, saat itu masih tanggal 22 Februari, yang berarti banyak orang belum gajian. Fenomena apa yang sedang terjadi? Sambil berjalan keluar, saya baru menyadari bahwa minggu depan akan memasuki bulan Ramadan.

Keesokan paginya, saya pergi ke pasar tradisional dan mendapati suasana yang sangat ramai. Hampir semua lapak penuh sesak dengan pembeli. Saya pun berpikir bahwa waktu belanja saya kurang tepat karena suasana hiruk pikuk membuat pengalaman belanja kurang nyaman.

Kembali ke asumsi awal saya, ternyata pengeluaran selama bulan puasa justru membengkak. Saya pun bertanya kepada seorang teman yang juga sedang berbelanja. Dia bercerita bahwa minggu lalu pengeluarannya untuk belanja Ramadan sudah dua kali lipat dari biasanya. Sedangkan hari ini, karena besok adalah hari pertama puasa, ia merasa perlu menyiapkan makanan yang lebih spesial, sehingga total belanjaannya hampir tiga kali lipat dari biasanya. Jika biasanya ia belanja Rp75.000, hari ini ia menghabiskan Rp225.000.

Fenomena borong belanja di swalayan ini membuat saya kembali merenung. Mengapa kebutuhan selama puasa Ramadan begitu besar sehingga pengeluaran menjadi tidak terkendali? Apakah ini merupakan tradisi yang harus selalu dipenuhi demi kepuasan makan makanan serba enak? Tentunya, hal ini sangat tergantung pada kondisi ekonomi masing-masing keluarga dan pribadi.

Dampak Impulsive Buying atau Belanja Tanpa Kontrol:
1. Memunculkan perilaku boros. Gaya hidup konsumtif membuat seseorang sulit mengatur pengeluaran dan kehilangan kendali terhadap keuangan.
2. Belanja dan memasak berlebihan dapat menyebabkan peningkatan limbah makanan.
3. Sampah makanan yang berlebihan akan semakin menambah beban tempat pembuangan akhir (TPA).
4. Apakah makan berlebihan menjamin kesehatan? Jawabannya tergantung pada kualitas makanan yang dikonsumsi.
5. Menghambat proses menabung. Jika sebagian besar uang habis untuk belanja, maka tidak ada sisa untuk ditabung, sehingga rencana menabung pun gagal.
6. Kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Uang yang seharusnya digunakan untuk membayar listrik, uang sekolah, atau biaya kesehatan bisa saja tidak tersedia akibat pengeluaran yang tidak terkendali.
Berikut ini beberapa tips yang bisa menjadi panduan untuk mengontrol pengeluaran selama Puasa Ramadan agar tidak membengkak.

Pertama, hindari \\\"Impulse-Buying\\\" atau membeli kebutuhan pangan dalam jumlah besar sekaligus. Beberapa orang mungkin berpikir membeli di awal lebih baik untuk mengantisipasi kenaikan harga. Namun, faktanya, tidak semua barang mengalami kenaikan harga, hanya beberapa jenis seperti cabai dan telur.

Memborong semua kebutuhan dalam satu waktu justru berisiko. Bahan makanan bisa rusak atau kehilangan kesegarannya jika disimpan terlalu lama. Dari segi keuangan pun kurang menguntungkan—daripada membayar lebih untuk satu atau dua barang yang naik, lebih baik tetap membeli secara bertahap agar anggaran tetap terkendali.

Kedua, buat anggaran sejak awal sebelum Ramadan. Pisahkan anggaran untuk kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri. Untuk anggaran Ramadan, catat semua kebutuhan sesuai kategorinya dan alokasikan dana secara terpisah agar lebih terkontrol.

Selain itu, batasi frekuensi ikut buka puasa bersama di luar. Tetapkan berapa kali akan menghadiri acara buka puasa dan sesuaikan dengan anggaran yang telah dibuat. Disiplin dalam membelanjakan uang sesuai rencana sangat penting agar pengeluaran tetap terkendali.

Untuk Idul Fitri, alokasikan anggaran yang lebih besar karena kebutuhan meningkat, seperti biaya mudik, makanan untuk tamu, pakaian baru, dan dana untuk berbagi dengan keluarga.

Ketiga, menyiapkan dana untuk zakat (fitrah dan mal). Dana ini merupakan kewajiban sebagai Muslim yang harus ditunaikan untuk mencapai nishab dan haul. Untuk itu perlu dipersiapkan dulu, misalnya begitu menerima THR, langsung dianggarkan dan dibayarkan supaya tidak dipakai untuk anggaran yang lainnya.

Keempat, efisiensi anggaran. Jika Pemerintah melakukan efisiensi anggaran, kenapa Anda juga tidak melakukannya? Barangkali yang perlu dipotong anggaran untuk beli baju, mudiknya cukup berkumpul di Jakarta saja, makanan yang serba sederhana tapi tetap enak, tidak perlu makan di restoran setiap hari.

Kelima, buatlah menu satu bulan selama Ramadan. Siapkan dan susun menu selama satu bulan di bulan Ramadan agar kita tidak bingung mau measak apa dari hari ke hari. Menu yang disiapkan cukup rumit, menu sahur dan meu berbuka puasa. Tidak berlebihan tapi sesuatu yang bergizi ,s eimbang nutrisinya.

Keenam, buatlah list belanja. Ketika menu sudah siap, lalu buat list belanja dari hari ke hari. Ktia bisa Menyusun bahan-bahan yang diperlukan untuk makanan yang akan dimasak. Dengan list itu kita tidak akan belanja yang tidak ada dalam list.

Ketujuh berikan kelebihan makanan. Jika Anda memasak dan masih bersisa, silahkan bisa diolah Kembali atau jika tidak mau dimakan lagi, berikan keapda mereka yang membutuhkannya.

Kedelapan Mengolah sisa makanan. Setiap sisa makanan akan dibuang di tempat sampah. Bertumpuk di tempat TPA. Jika semua orang membuang sisa makanan dalam jumlah berlebihan, maka tumpukan sampah pun jadi dua kali lipat.Bagaimana jika Anda olah dulu sisa makanan itu dengna menjadikan kompos dan sisanya baru dibuang.

Belanja memang menyenangkan, tetapi penting untuk tetap bijak dalam mengatur pengeluaran. Menghindari impulsive buying dan berbelanja sesuai kebutuhan akan membantu menjaga stabilitas keuangan serta mengurangi pemborosan, terutama selama bulan Ramadan.

 

Baca Selengkapnya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Ina Tanaya
Hobi saya menulis dan kerja sosial. Niche blog saya : gaya hidup, parenting, tutorial dan produk review

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

tagcalendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram