Kisah Dawuk dibuka dengan kedatangan Warto Kemplung ke warung kopi. Pria paruh baya ini hobi membual sambil meminta kopi dan rokok gratisan. Kali ini ia berkisah tentang Dawuk. Para pengunjung warung kopi yang hampir semuanya sudah muak dengan Warto, menjadi tertarik menyimak.
Dawuk secara tidak langsung bisa berarti kelabu. Ini memang kisah yang kelabu–membikin sedih dan miris. Namun kesedihan tersebut tidak ditampilkan secara monoton. Beberapa bagian kisah diselingi romantisme serta humor (menurutku) melalui dendang lagu India.
Buku yang sudah lama kelar dibaca tapi baru sekarang dibikin ulasannya. Novel Dawuk merupakan pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2017. Mengangkat tema sosial dengan sisipan kearifan lokal kehidupan desa. Bacaan yang komplit dan menggugah.