“Sudah pengumuman, Lin?” tanya Bunda Salma padaku. Aku sengaja bertandang ke rumahnya untuk menghindari omelan dan nyinyiran Raisha di rumah. Tidak sehat untuk tumbuh kembang Abi.
“Belum, Bun. Mungkin minggu depan. Kabarnya awal bulan,” jawabku meneruskan informasi yang aku dengar dan baca dari media daring.
“Semoga kamu lulus ya, Lin. Sudah tidak tahan lagi saya lihat kamu di rumah itu,” katanya dengan suara rendah. Wajahnya murung. Aku diam saja. “Kenapa, sih, kamu nggak pindah saja? Rumah kan sudah ada. Tanah juga sudah ada. Apalagi yang kalian tunggu? Tunggu ribut dan diusir?”
Aku diam lagi. Sebisa mungkin menahan diri tidak terpancing. Sebenarnya aku ingin curhat tentang situasi terkini di rumah. Aku tidak boleh lakukan jika tidak mau memperparah suasana.