Ada satu momen berkesan manakala saya harus dengan ligat mengepak barang bawaan. Hari itu, waktu dimana saya sudah harus merelakan persinggahan sesaat di Jepang untuk kembali ke Indonesia.
Perkuliahan sudah usai, perhelatan kelulusan juga sudah dilakukan, yang tersisa tinggal sedikit menambah daftar kunjungan ke beberapa tempat yang pada akhirnya mesti dipungkas karena masih banyak barang yang belum ditata ulang ke dalam koper.
Saat itu, saya melihat ke sekeliling kamar yang pada akhirnya menambah pusing. Masih ada bed single size, meja belajar, dan lemari buku. Belum lagi shinkansen railway set untuk keponakan yang gagal beli karena set yang tidak lengkap. Semuanya bisa dikategorikan sampah ketika harus ditinggalkan.
Ultimatum setiap para oyasan (Pemilik properti a.k.a ibu kos) maupun para agen apato selalu sama. Jika kita menerima apato dalam keadaan bersih maka harus ditinggalkan dalam keadaan yang yang sama bersihnya.
Alhasil, melihat meja, kasur dan lemari membuat saya sedikit khawatir karena ketiganya termasuk kategori sampah besar. Setiap kali membuang sampah besar biayanya sekitar 3000 – 9000 yen (400 ribu – 1 Juta rupiah) tergantung ukurannya. Hal ini juga sama saya temukan di Hiroshima. Lumayan bukan?
Pada akhirnya, hal inilah yang saya lakukan….