Tiktok lagi ramai komentar-komentar lucu tentang perang takjil ramadan antara muslim dan nonis. Lucu-lucu baca komentarnya. Ngakak baca komen “Yang nonis udah borong takjil enak-enak di jam 3, aku kebagian risoles yang sudah patah pinggang” Nggak kalah lucu ada yang komen “Usul ah, kalau beli takjil harus setor KTP dulu” Ada benarnya yang komen “Yang nonis udah berburu takjil sejak jam 3, itu jam-jam kritisnya kita” Haha seru banget ya kegiatan berburu takjil di bulan puasa.
Bulan Ramadan emang beda. Kemeriahannya terasa oleh berbagai tradisi di segala penjuru dunia. Tak ketinggalan tradisi di Indonesia dengan munculnya bazaar Ramadan dan pusat takjil. Ramadan memang membawa berkah, karena menyambut saat berbuka puasa biasa diawali dengan makan makanan ringan, maka bermunculanlah pedagang takjil dadakan yang terkadang berkumpul di pasar atau sentra jajanan.
Keberadaan pasar takjil ramadan ini sangat membantu umat muslim yang butuh belanja takjil karena tak sempat menyiapkan sendiri. Harapannya dengan belanja takjil dan tidak memasaknya sendiri kita punya waktu luang untuk lebih fokus beribadah dan bekerja. Bagi para pedagang dadakan, berjualan takjil bisa menjadi sumber mata pencaharian. Apalagi bagi yang biasa berjualan makanan di hari-hari selain Ramadan, mereka tentu butuh tetap dapat penghasilan. Menggeser waktu dagangan dari pagi-siang ke sore menjelang waktu berbuka puasa sangat membantu agar para pedagang makanan tidak kehilangan pendapatan.
Begitu pula halnya para pedagang makanan, UMKM kecil-kecilan di perumahan kami. Beberapa di antaranya biasa berjualan makanan untuk persiapan sarapan, dititipkan ke warung-warung kecil. Maka pihak Dewan Takmir Masjid Al Ukhuwwah di perumahan berinisiatif memberikan ruang bagi para penggiat UMKM kuliner di perumahan untuk tetap mendapatkan penghasilan dengan berjualan takjil.