fbpx

[Sinopsis & Review] How to Make Millions Before Grandma Dies (2024), Kisah Hubungan Nenek bersama Keluarganya yang Menyayat Hati

“Amah ingin tanah yang bagus agar keturunan Amah makmur. Orang akan melihatnya dan berpikir kalian berbakti. Jika Amah punya tanah pemakaman indah, mungkin kalian akan ingin berkumpul.” ~ Amah

Hai sobat Blogger Perempuan!

Sebenarnya aku ingin nonton film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) atau หลานม่า (Lahn Mah) ini di bioskop beberapa bulan lalu, tapi takut nangis-nangis kejer mending tunggu di aplikasi streaming saja. Eh beneran, akhirnya ada di Netflix. Dugaanku terbukti, dari awal sampai akhir tangisanku tumpah ruah. Sutradaranya seorang debutan bernama Pat Boonnitipat, yang menulis naskahnya bareng Thodsapon Thiptinnakorn (yang nulis Suckseed, The Con-Heartist dan Friendzone ketiganya bagus). Beberapa pemeran, mulai dari sang nenek ternyata merupakan debutan di film ini, berikut ada M (Billkin) yang banyak main series bergenre BL, si Mui (Tontawan) yang pernah main di F4 versi Thai dan Soei (Phuak) yang banyak main film- salah satunya Pee Mak. Film ini sendiri memiliki premis sederhana namun penuh arti, khas slice of life yang biasanya kulihat di perfilman Jepang. GDH juga sering mengeluarkan cerita bagus dan berkesan, sehingga film ini tentu sangatlah potensial.

Film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) berkisah tentang seorang cucu laki-laki bernama M, seorang streamer game yang kurang laku memutuskan untuk merawat sang nenek yang divonis mengidap penyakit kanker dan tak berusia lama. M terinspirasi dengan saudara sepupunya yang merawat sang kakek kemudian mendapatkan warisan rumah mewahnya. Sebelum neneknya meninggal, M yang cuek kemudian berusaha memenangkan hatinya agar mendapatkan rumah warisan.

Film Thailand berjudul How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) ini bermula dengan adegan di kuburan, seorang nenek bernama Mengju yang berusia 79 tahun bersama keluarganya pada hari Menyapu Makam. Nenek yang dipanggil ‘Amah’ ini meminta cucu laki-lakinya, M untuk menaburkan bunga dengan benar. M sibuk bermain game dan terkesan cuek, bahkan sampai Amah turun tangan untuk menabur bunga dan akhirnya terjatuh. Ketika itu ada ibu M- Chew yang merupakan anak kedua dan bekerja di pasar swalayan. Ada anak laki-laki tertua yang sukses dalam dunia saham- Khiang yang istri dan anak perempuan kecilnya- Rainbow tidak ikut datang karena sibuk. Mereka memang tinggal cukup jauh dari daerah itu. Ada anak bungsu Amah bernama Soei yang kerjanya mereparasi mesin namun suka berjudi. Sebelum mereka di makam leluhur yang berdempet, Amah berdoa terlebih dahulu di suatu makam tunggal yang harganya sekitar sejuta per kavling. Impian Amah untuk dimakamkan di tempat seperti itu.

Amah yang terjatuh rupanya menjadi alarm buat keluarganya. Dokter yang memeriksa mendapat hasil kurang mengenakkan, Amah terkena kanker usus stadium empat dan harapan hidupnya hanya tinggal setahun. M adalah cucu laki-laki yang dropout dari kampus dan kesehariannya menjadi seorang streamer game. Penontonnya sangat sedikit sehingga dia sulit mendapatkan uang. Dia sendiri berkeinginan untuk membeli komputer baru agar lebih bagus dan bisa memancing banyak penonton. Tentu saja sang ibu yang pas-pasan tidak bisa memenuhi keinginan M. Sepupu dari keluarga ayahnya M, Mui, menjadi perawat pribadi sang kakek hingga meninggal dunia dan mendapatkan warisan rumah mewahnya. Sementara untuk M hanyalah sabuk perak. M akhirnya mendapat ide, terinspirasi dari Mui.

M mendatangi rumah Amah yang cukup kuno di pinggir kota, sebelumnya dari stasiun hingga di depan dia memotret semuanya. Dia menuliskan beberapa kata menarik yang menggambarkan rumahnya Amah untuk menjadi bahan jualannya di media sosial. Amah menyambutnya dengan datar, terlebih beberapa kali permintaannya tak dibuat M dengan benar. M mencari Mui lagi untuk meminta saran agar mampu menarik hati Amah.

M kemudian pindah ke rumah Amah. Semula Amah tidak setuju M muncul di sana. Lantas M menceritakan kondisi Amah sebenarnya yang terkena kanker, hanya saja ketiga anaknya tak mau mengatakan hal itu. Dia ingin berbakti pada Amah. Membantu neneknya itu naik tangga karena tidak mau tidur bareng dengannya di bawah, sampai bangun pagi (walau alarm berbunyi sekitar jam 4 tapi dia matikan hahaha) untuk menemani Amah berjualan bubur di dekat rumah.

Premis ceritanya memang sederhana, namun begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kalau di Indonesia, mungkin mirip dengan film Budi Pekerti. Ini tidak terasa seperti film, malah terasa seperti jurnal bergerak. Emosinya dapat, maknanya dapat. Apalagi di kultur keluarga Asia, walau bukan keturunan Tionghoa sekalipun, cerita dari film ini pasti sangat dekat dengan kehidupan kita orang Indonesia. Bagaimana hubungan nenek dan anak-anak juga para cucu. Nenek dengan kakaknya. Hubungan ayah-ibu, ayah-ibu terhadap anak, anak terhadap orangtuanya, cucu kepada nenek begitupun sebaliknya. Kadang ada kekakuan dalam hubungan keluarga Asia. Sulit memberitahu perasaan sebenarnya kepada anak, jadi seringkali dipikir bertindak pilih kasih. Kesibukan anak yang jarang pulang menjenguk orangtua. Namun ketika orangtua lanjut usia, anak-anak mulai mendekat entah memang tulus ingin berbakti, atau mengharapkan warisan pula.

Beberapa adegan di film ini sangat menyentuh. Dari awal hingga ending, aku sulit menghitung berapa kali airmata ini mengalir saking seringnya hahaha. Sehabis nonton, mataku memerah, hidungku meler-meler semalaman. Film ini terasa sangat personal untukku yang memiliki darah Tionghoa dari pihak ibu. Budaya patriarki masih terlihat, seperti anak perempuan yang putus sekolah demi ikut mencari nafkah dan anak lelakilah yang akhirnya meneruskan pendidikan. Nenek yang berpakaian bagus menanti anak-anaknya datang. Meminta main kartu bersama namun para anak punya kesibukan sendiri. Memasakkan banyak makanan untuk keluarga namun tidak habis, dan malah dia habiskan sendiri setelahnya. Adegan cucu memandikan dan mengancingkan baju sang nenek. Menantu yang tak dekat dengan keluarga dari pasangannya. Endingnya walau dapat ditebak, namun eksekusinya bagus. Kasih seorang ibu tanpa batas, selalu memberi dan tak berharap kembali.

Review lengkap bisa baca di link berikut ya 🙂

Baca Selengkapnya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Anastasya Prizka
www.postyrandom.com

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

tagcalendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram