Di Bawah Lindungan Kabah–siapa sih yang familiar mendengar judul tersebut, entah itu film atau karya sastra novelnya? Kendati karya sastra telah cukup lama, tapi Di Bawah Lindungan Kabah begitu eksis, right?
Bahkan, saking lamanya saya tidak ingat apakah pernah menonton film ini atau belum? Sebab saya kira film tersebut ditayangkan ketika saya masih kecil. Saat saya masih ikut-ikutan kakak yang hobi pula mengkoleksi film dalam kaset. Maklum, dulu belum secanggih sekarang yang bisa berlangganan film diaplikasi tertentu, haha.
Hingga pada akhirnya saya jadi penasaran tentang Novel Di Bawah Lindungan Kabah ini, setelah membaca pula beberapa karya dari sang pengarang Buya Hamka. Serius, karya beliau tidak pernah mengecewakan.
Di Bawah Lindungan Kabah secara garis besar bercerita tentang perjalanan kisah seorang pemuda bernama Hamid dengan pujaan hatinya Zainab. Keduanya hanya seorang insan yang saling menaruh hati, tapi terhalang situasi dan keadaan. Sehingga mereka hanya bisa menyatakan perasaan dalam diam dan abadi.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh permintaan ibu Hamid sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Sang ibu berpesan bila tidak etis Hamid menaruh rasa pada Zainab. Sebab semasa ada ayah Zainab, keluarga mereka membantu Hamid dalam urusan pendidikan dll.
Bukan hanya menyoal tentang balas budi, dari strata sosial saja mereka bagaikan langit dan bumi. Hal itulah pula yang membuat Hamid tidak memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya selama ini. Sebab, bagi Hamid pun Zainab dapat bertemu dengan laki-laki yang lebih baik dari dirinya.
Dari pergolakkan tersebut, akhirnya psikis keduanya terguncang hebat dan mengakibatkan keduanya meninggal dalam keadaan memendam rindu dan cinta satu sama lain. Walaupun mereka tidak dipersatukan di dunia, entah mengapa saya sebagai pembaca yang ‘sok’ ini memberi pendapat bila ada kemungkinan Hamid dan Zainab akan dipertemukan di alam yang lebih baik.