Hi, apakabar? bagaimana hari ini? Apakah semua hal berjalan dengan lancar? Aku berharap semua baik-baik saja sekarang. Ada surat untuk diriku di masa depan. Sebuah self-talk dari masa lalu. Siap membacanya?
Dear : My Self,
Bacalah perlahan surat untuk diriku di masa depan ini (mari memasuki dimensi waktu berbeda melalui self-talk). Hening…
Lihatlah dirimu sekarang, tidakkah kau bangga? Segala hal yang menyedihkan, kekecewaan, kemarahan, kebahagiaan, dan segala riuhnya emosimu sudah berhasil kau taklukkan. Terima kasih sudah berjalan sejauh ini (menepuk pundak sendiri).
Masih ingat dengan tangisan dalam keheningan malam, dimana hanya ada dirimu dan sajadahmu itu? Sesenggukan hingga membuat bising dinding yang mengelilingimu. Saat itu, semua hal terasa menyebalkan. Seluruh pikiranmu kacau karena semuanya berisi hal yang negatif. Bahkan terkadang pikiran itu menyeruak memekakkan telinga.
Lihatlah sekarang, dirimu mulai menangis sekadarnya, tidak berlebihan dan tidak dikurangi. Sewajarnya. Aku ulangi ya. Sewajarnya. Ingat, sesuatu yang berlebihan akan selalu tidak enak pada akhirnya. Lihatlah bagaimana dirimu mengatur ritme emosimu sekarang. Lebih tenang, lebih hening, lebih bijak. Aku bangga padamu (menepuk pundak sendiri).
Masih ingat saat kau memendam dendam yang teramat sangat pada orang yang menyakitimu, padahal hatimu ingin melepaskannya? Lelah memang jika segala hal yang kamu lakukan salah, namun ada satu hal yang tidak bisa dirimu kontrol. Dia adalah orang lain. Sekuat apapun dirimu berjuang, sesakit apapun dirimu jatuh dan kemudian bangkit, sesesak apa dadamu menahan semua itu, orang lain tetaplah orang lain. Bukan bagian dari dirimu.
Lihatlah sekarang. Wajah kusam itu berubah cerah kembali. Raut keriput itu perlahan berganti dengan rona senyuman. Tubuhmu sudah mulai bugar. Jam tidurmu kembali normal. Pola makanmu beralih perlahan menjadi lebih sehat. Lihatlah betapa merelakan adalah hal yang meringankan. Mendendam hanya akan merugikan dirimu sendiri. Ternyata ikhlas itu bukan untuk siapa-siapa, melainkan untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik untukmu.
Kata orang, cobaan itu ada dua. Cobaan baik dan cobaan buruk. Iya, semuanya adalah cobaan. Mampukah kamu untuk tidak jumawa dalam kebaikan yang kamu terima? mampukah kamu bertahan dalam dukamu? Selamanya akan seperti itu, dan memuncak terus hingga level demi level terlewati. Titik akhirnya? mengharap bahagia dalam kekal.
Namun jika sekarang kamu masih belum baik-baik saja, nikmati saja proses bertumbuhmu ini. Mungkin butuh banyak surat untuk diri sendiri di masa depan, ya nggak apa-apa. Jalani aja.
Jika saat membaca surat ini kamu masih merasakan kesedihan,
it’s okay you are human too.
Jika kamu membaca ini dengan meneteskan air mata,
do you need a hug?
Jika kamu melanjutkan membacanya dengan tangisan yang semakin deras,
may be you need to take a deep breath.
Inhale…
Exhale…
Dengarkan ritme napasmu. Ya, kamu masih hidup. Bersyukurlah!
Sekadar mengingatkan. Selama ini kamu berjuang untuk apa? untuk siapa? Mungkin segala hal yang dirimu lakukan kemarin adalah sebagai pembuktian, bahwa apa yang mereka remehkan terhadapmu itu salah.
Namun, apa itu tetap memperbaiki keadaan saat ini? bukankah pencapaianmu itu hanya untuk orang-orang yang pantas? hanya patut dipersembahan untuk dirimu serta mereka yang menyayangi dan disayangi olehmu. Tidak perlu repot-repot meyakinkan orang yang tidak yakin denganmu. Lelah, penat. Nilaimu akan tetap sama, meski mereka merendahkanmu.
Lihatlah dirimu beberapa tahun ke depan, kamu berhak mengikhlaskan sesuatu yang negatif untuk hidup yang lebih bahagia. Kamu bisa! Lihat saja nanti. Yang akan kamu ingat adalah yang segala hal dan sekeliling yang membahagiakanmu.
Segala kesedihan itu akan berubah menjadi biasa saja seiring berjalannya waktu. Terima dulu se-apa-ada-nya sekarang, jangan denial. Agar tak ada (lagi) burn-out di lain waktu.
Dan pesan dariku-untukku sendiri:
- Jangan lupa tersenyum, even dengan dirimu sendiri di depan cermin setiap pagi.
- Beberapa hal yang tidak bisa kamu kontrol : masa lalu dan orang lain, belajarlah ikhlas.
- Yang bisa kamu kontrol : perkataan, reaksi, kebiasaan, perspektif, sikap, serta effort-mu. Do your best, be the best version of your self!
- Stop telling people more than they know. Orang yang membencimu akan selalu punya alasan untuk menjatuhkanmu dan orang yang menyayangimu akan punya 1000 alasan untuk mendukungmu.
- Saat sedang down, berpikirlah bahwa tak hanya dirimu yang mengalaminya. Setiap orang struggle dengan hidupnya masing-masing. Hadapilah!
- Apalagi ya? Ada yang ingin ditambahkan?
Sudah dulu ya self talk-nya, jaga diri baik-baik. Lain kali akan kubuatkan ‘surat untuk diriku sendiri di masa depan’ lagi buatmu. Me love you ❤
Eh baru ingat. Tambah sedikit lagi ya.
Ada ayat dalam Al-Qur’an yang diulang sebanyak 31 kali. Kamu tahu ayat apa itu?
Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban (فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ)
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”
Berbahagialah karena nikmat-Nya jauh lebih besar dari pada kesedihanmu. See you.
Baca Selengkapnya
Visit Blog