fbpx

Tahapan Literasi pada Anak

Assalamualaikum mamud-mamud cantik nan saliha. Apa kabarnya, nih? Semoga sehat selalu, ya. Aamiin.   Aku mau cerita sedikit nih, boleh kan? Semoga ceritaku ini bermanfaat. Aamiin.   Beberapa waktu lalu aku sempat bertengkar dengan suami, karena hal sepele. Benar-benar sepele. Ketimbang bacaan doang. Ketika Omar ada kegiatan Ramadan Camping, dibagikanlah jadwal kegiatan tersebut, dan berkali-kali aku bacanya. Beda dengan suami, sekali baca ia langsung ingat dan paham, jam sekian kegiatannya apa, PIC-nya siapa dalam kegiatan apa.   Tapi berbeda denganku yang berkali-kali baca, masih “nggak mudeng” gitu, lho. Hellow otakku, what happen aya naon? Kok gak paham-paham?   Alhasil aku dibullylah oleh suami, “Wah, cuma bisa baca doang tapi nggak bisa membaca, wkwkwk,” ledeknya.   Akhirnya menjadi topik obrolan di pagi hari. “Beda lho Dik, kalau bisa membaca, artinya paham makna tulisan tersebut. Kalau bisa baca, ya sudah kamu hanya bisa baca tulisan, tapi tidak memaknai isi dalam tulisan itu,” jelas suamiku.   Setelah suamiku bilang begitu, kok aku jadi kepikiran, ya? Apa yang salah dari perkembanganku terdahulu? Akhirnya aku mencari tahu dan meminta waktu dari sepupuku, Kak Edianna Putri Mayangsari (Wakil Direktur Pelatihan dan SBB, IHF). Aku meminta waktunya untuk sharing sekilas tentang literasi.  

Apa Saja Tahapan Literasi untuk Anak?

1. Mendengar dan Berbicara

Dua hal ini sangat berkaitan untuk tahapan literasi pada anak. Fungsi mendengarkan adalah untuk mengumpulkan informasi/kosakata dan membentuk pemahaman terhadap kata. Berbekal kata-kata yang dia pahami dan bermakna baginya, anak akan mulai berbicara menggunakan kata-kata tersebut. Anak dapat mendengar dari apa yang kita sampaikan lalu anak akan meniru, berbicara dari yang telah kita sampaikan. Maka dari itu orang tua harus berbicara yang baik dan benar. Misal ada orang tua yang suka sekali berbicara dicadel-cadelkan, maka dari itu anak jadi berbicara cadel. Sebaiknya kita hindari, ya parent. Agar buah hati mampu berbicara sewajarnya dengan benar.  

2. Membaca

Setelah anak mampu mendengar dan berbicara, maka kemampuan yang dapat dipelajari anak berikutnya adalah membaca. Kemampuan membaca juga dipelajari anak bersamaan berkembangnya kemampuan anak  dalam mendengar (menyimak) dan berbicara, yang kita sebut dengan pramembaca. Siapa yang suka membacakan buku cerita untuk anaknya? Bagus sekali aktivitas tersebut, ya. Anak akan belajar mengembangkan kemampuan membaca dari apa yang kita sampaikan melalui buku tersebut. Meskipun anak akan mengulang cerita yang telah kita bacakan, bukan berarti ia sudah mampu membaca, tetapi karena anak sudah hafal dengan apa yang kita sampaikan. Ini adalah salah satu tahap perkembangan pramembaca. Jadi tidak apa-apa ya, dan tetap memberikan pujian.    

3. Menulis

Kemampuan berikutnya adalah menulis. Sama halnya dengan kemampuan membaca, ada tahapan yang dilalui untuk dikuasai dalam menulis, yakni kita sebut dengan pramenulis. Setelah anak melewati tahapan tersebut, anak akan melakukan aktivitas menulis. Ia akan melihat contoh tulisan-tulisan yang kita berikan. Sebaiknya berilah kegiatan tarik garis, managambar yang sesuai, maze-mencari arah, atau melanjutkan. Hindari memberikan kegiatan menulis garis putus dalam mengenalkan huruf, tersebut kurang disarankan. Karena hal ini akan mengurangi kecepatan anak dalam memahami karakter/bentuk huruf. Namun bila anak sudah mengenal huruf cukup baik, maka latihan untuk merapikan hasil tulisan anak (baca huruf) dapat memberi bantuan kepada anak dengan garis putus-putus. Berikutnya biarkan anak menulis sesuai apa yang ia lihat, mengembangkan idenya, imajinasinya ke berbagai media. Kesenangan anak dalam kemampuan pramenulis ini biasanya anak cerminkan dalam coret-coretan gambar, dan tidak jarang orang tua mendapati dinding rumah penuh hasil mural anak. Jangan panik apalagi marah, arahkan saja anak dengan menuangkan karyanya dalam media berbeda seperti buku gambar/kertas besar seperti karton/papan tulis dan dengan alat tulis yang berbeda-beda seperti spidol, pensil warna/krayon/pasta pewarna makan dll, sebagai antisipasi dinding rumah terhindar dari sasaran mural anak. Kegiatan menjiplak juga bisa menjadi pilihan pramenulis yang menyenangkan. Menjiplak dengan menggunakan kertas tipis di atas gambar/menggunakan kertas karbon dapat menjadi kegiatan yang menarik bagi anak. Jika menjiplak di atas kertas tipis, dapat membantu menghaluskan garis yang dibuat anak dan membantu kelenturan dari otot jari anak. Berbeda jika kegiatan menjiplak yang ditujukan untuk latihan mengenal huruf, sekali lagi hal ini pun dapat mengurangi kecepatan anak dalam mengenal karakter/bentuk huruf. Jadi kegiatan menjiplak gambar ini cocok atau disarankan sebelum kegiatan menulis huruf.
 

4. Pemahaman

Kemampuan pemahaman anak dalam memahami bacaan adalah hal lain yang perlu dikuasai anak selain tiga keterampilan berbahasa yang sebelumnya dipaparkan. Salah satu cara melatih pemahaman membaca dapat dilakukan sejak dini. Saat anak menggambar dengan hasil benang kusut, lalu kita tanya, “Apa ini?” Misal si kecil menjawab, mobil. Maka, kita harus menuliskan dengan benar di dekat gambar tersebut, “mobil”. Agar anak tahu bahwa gambar tersebut ada namanya serta ia melihat bentuk tulisan dari yang ia gambarkan. Saat kegiatan membacakan cerita, ditengah dan diakhir cerita kita bisa bertanya tentang tokoh cerita/isi dan nilai karakter apa dari cerita dapat juga melatih kemampuan pemahaman anak.  

Stimulasi Literasi di Rumah

 

1. Ngobrol

Sejak anak masih bayi pun kita sudah bisa menstimulus anak. Misalnya, dengan mengajaknya ngobrol menggunakan bahasa yang tepat dan benar. Sehingga si kecil tahu, bahwa “mulut mampu mengeluarkan suara, ketika menginginkan sesuatu ternyata penyampaiannya seperti itu.”  

2. Membacakan Buku

Nah, siapa nih yang suka membacakan buku untuk buah hati? Membacakan buku pada anak ketika ia masih kecil tidak masalah, meskipun si anak belum bisa membaca, setidaknya ia tahu bahwa “tulisan ini pengucapannya seperti itu,” dengan cara kita mendongeng sambil menunjukkan kata-kata yang tertera di halaman tersebut.   Nantinya anak akan menirukan cerita kita. Misal, ia sedang menyukai cerita “Sakit Gigi” nah, nantinya si anak akan bercerita seperti yang pernah kita ceritakan, padahal ia belum mampu membaca. Hal ini dikarenakan, si kecil telah meniru apa yang kita bacakan.   Jika kita rajin mendongengkannya, maka anak akan memiliki ketertarikan pada buku, misalnya saat usia 2 tahun, ia mulai membolak-balikkan halaman. Tidak apa, kita harus menghargainya. Jangan kita patahkan karena takut robek. Sebaiknya hindari, ya mom.  

3. Memberikan Label

Nah, bagi orang yang tidak paham hal ini, akan merasa heran, “kenapa di rumah kita banyak label di setiap barang?” Hehehe. Kita memberikan label pada, pintu, kulkas, jendela, pagar, lemari, lantai, dinding, dan sebagainya. Agar anak memahami bahwa benda-benda tersebut memiliki nama, bentuk tulisannya seperti itu.  

4. Bermain huruf dan gambar

Di masa ini anak sudah kita kenalkan bentuk huruf, misalnya A ada ayam, air, anggur, amplop, dan sebagainya. Kita ulang terus sehingga anak paham. Namun, kita harus memberikan contoh bentuknya pula, ya, bahkan jika memungkinkan hadirkan langsung secara nyata bendanya. Dengan ini pemahaman anak terhadap tulisan terjadi secara menyeluruh, anak memahami nama dan wujudnya. Media yang dapat disediakan orang tua bisa berupa kartu huruf/kata atau poster huruf yang bergambar dengan symbol dari huruf tersebut, seperti huruf A dengan kata “Ayam” dan ada gambar ayamnya.  

5. Membacakan Buku Khusus

Di sini kita membacakan buku cerita yang berbeda dari buku lainnya. Ketika mendongeng, biasanya buku yang kita bacakan adalah buku yang memiliki banyak tulisan pada halaman. Nah, buku khusus ini, untuk memfokuskan anak belajar membaca dengan cara yang patut dan menyenangkan, sebaiknya memiliki satu gambar dan satu kata di dalam satu halaman. Misalnya, tulisannya “Bola” di atas tulisan tersebut ada gambar bola berwarna biru. Nanti kita kembangkan dari gambar itu menjadi cerita. Misalnya, “wah ada gambar bola nih, bolanya warna apa tebak? Iya warna biru. Suatu hari Omar dan teman-teman bermain bola di lapangan, bola biru ini ditendang Omar sangat kencang, sehingga bola biru ini masuk ke gawang. Horee!!!”   Buku khusus ini sulit sekali aku temukan di pasaran, jadi aku membuatnya sendiri. Sssttt, tahu ga, ternyata buku seperti ini sudah diterbitkan oleh IHF lho… Buku Cerita Literasi terbitan IHF ini sudah terstruktur dan disesuaikan dengan tahapan membaca pada anak.

6. Menulis

Tahapan berikutnya anak mulai bermain pinsil dan kertas, meskipun ia masih belum tepat menggenggamnya, namun hal tersebut wajar. Tugas kita mengarahkan dan mendukung. Ketika anak usai menggambar dan kita tanya gambar apa yang sedang ia buat? Maka, tuliskanlah di bawah gambar tersebut. Tidak masalah gambarnya masih benang kusut atau tidak sama dengan wujud aslinya, karena ini adalah bagian dari tahapan menulis.  

Apa yang Harus Kita Hindari?

 

1. Bicara Cadel

Biasanya ada orang tua yang berbicara cadel pada anaknya. Berpikir sesuai usianya. Padahal, tidak ada kaitannya. Meskipun anak masih merah, kita harus berbicara sewajarnya, seperti sesama orang dewasa. Misal, “Adik sayang sudah mandi, ya? Hemm wangi sekali nih yang sudah mandi.” Atau ketika anak nangis karena haus, “Oo sayang, anak Mama haus ya? Mau minum, ya? Ini minumnya, ya.” Bahasa, “mimik, bobo, emam, mamam” sebaiknya kita ubah dengan bahasa sesungguhnya, “minum, tidur, dan makan.”

2. Menebalkan garis putus-putus mengikuti pola tertentu

Ketika anak mulai belajar menulis, hindari mengajarkan anak dengan menebalkan garis putus-putus pada huruf atau angka. Ajaklah anak menulis sesuai apa yang ia tahu. Misal kita menuliskan namanya, di kertas lain, kita minta anak untuk mencontoh bentuk tulisan tersebut. Biasanya hasil dari tulisan tersebut tidak sama persis, mungkin ada yang kebesaran, ada juga hasilnya yang tidak lurus rata, atau hurufnya terbalik.   Ketika melihat hasil tersebut, janganlah mematahkan semangatnya. Berikan pujian padanya, ajak terus anak berlatih. Tujannya adalah memberikan kesempatan pada anak untuk menemukan cara menulis dan bentuk tulisannya sendiri.   “Tidak ada keberhasilan yang datang secara instan. Keberhasilan hadir dari kegigihan kita.”   Jadi, aku baru tahu ada yang kurang dari tahapan perkembanganku dan penerapan pembelajaranku waktu kecil, yaitu kurang pada tahapan pemahaman dan seringnya aku berlatih menulis dengan garis putus-putus. Hal inilah yang membuat aku bisa baca tetapi tidak bisa membaca, tidak paham dengan apa yang aku baca. Dari kesalahan tersebut, aku tidak ingin menurunkannya pada buah hatiku.   Banyak orang tua zaman sekarang masih berpikir “yang penting anak gue bisa baca”. Iya baca huruf yang bersanding, tetapi mereka lupa bahwa ada lagi kemampuan lainnya yang sama pentingnya, yaitu “PEMAHAMAN”. Sehingga riskan dewasa kelak, anak-anak yang mereka banggakan hanya bisa baca tetapi TIDAK BISA MEMBACA/TIDAK PAHAM. Yuk, parent kita menjadi orang tua yang mampu mengajarkan buah hati sesuai tahapannya. Jangan sampai terloncat atau bolong. Karena, bahaya dampak jangka panjangnya. Dan jangan pula sejak usia dini kita paksakan anak belajar dengan metode duduk tenang, PR, atau sekedar latihan menulis tanpa ada maknanya. Fitrahnya anak adalah bermain, jadi kita mengajarkannya melalui bermain. Biarkan anak bebas bermain, sehingga ketika sudah waktunya (usia sekitar 7 tahun) ia sudah siap untuk memasuki dunia barunya, di sekolah dasar yang menuntut mereka menggunakan keterampilan bahasa membaca dan menulis lebih banyak. Semoga kita dimampukan oleh Allah Swt. untuk menjadi orang tua yang tepat pengasuhan, sabar, dan bahagia. Agar buah hati kita pun tumbuh menjadi sosok berkarakter. Aamiin.   Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat.    
Baca Selengkapnya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Laila Dzuhria
Halo, aku Laila yang memiliki blog www.lailadzuhria.com di sana banyak sekali tulisan mengenai pengasuhan dan keluarga. Semoga tulisan-tulisan tersebut dapat bermanfaat bagi kalian.

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

tagcalendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram