Gue memasukkan kembali meal prep yang sudah gue siapkan kemarin ke dalam kulkas. I’m in the mood of taking myself on a breakfast date that morning. Gue membayangkan betapa santainya menikmati secangkir hot cappucino dan croissant. Maka, meluncurlah gue ke satu-satunya cafe yang gue tau sudah buka di jam sepagi itu di kota ini.
Cafe dengan cabang di berbagai penjuru dunia itu tampak sepi. Hanya ada dua orang barista yang sedang berbicara di dalam. Gue memberi sinyal dari balik pintu kaca sebelum mendorongnya terbuka untuk mengkonfirmasi jika cafe sudah buka. Kedua barista itu tersenyum ramah, mengangguk dan mempersilakan gue masuk.
Di beberapa tempat langganan, gue sudah tau menu fave gue dan itu memudahkan gue untuk tidak menghabiskan waktu menelusuri daftar menu yang panjang sambil membuat pertimbangan dan menanyakan tubuh serta my pallete apa yang sedang ingin gue makan saat itu. Maka, dengan fasih, gue pun langsung memesan satu hot cappucino ukuran tall tanpa gula.