Aku mengenal Neyna sejak tahu caranya mengingat kenangan. Aku tidak pernah ingat bagaimana dia menangis dan selalu digendong oleh Ayah. Aku juga tidak ingat betapa lucunya dia ketika masih balita. Semua yang orang katakan tentang Neyna, dia adalah bocah paling imut sekampung ini. Aku tidak ingat bagaimana Neyna kecil dan tumbuh selucu yang orang tuturkan.
Aku mengenal Neyna ketika dia mulai berdiri dengan celana pendek lungsuran saudara-saudara setanah air. Duduk sambil tersenyum kaku, sama sekali tidak menunjukkan keramahan. Wajahnya tampak seperti cemburut saja. Pipinya montok. Neyna adalah bocah perempuan paling menyebalkan di mataku. Bahkan ketika kami beranjak remaja hingga dewasa bersama. Aku selalu mengingat Neyna dengan deretan dosa yang menyebalkan.