Tidak seperti kebanyakan buku nonfiksi yang menggunakan gaya bahasa kaku, bahasa penyampaian dalam buku “Things Left Behind” ini terasa sangat mengalir seperti sedang membaca diary sang penulis sehingga tidak membosankan. Kisah-kisah nyata yang dituangkan penulis pun sukses menyentuh hati.
Secara garis besar, buku ini menceritakan tentang pengalaman penulis selama bekerja. Penulis memiliki profesi unik yaitu pengurus jasa membereskan barang-barang peninggalan orang yang telah meninggal dunia. Profesi yang sering dipandang sebelah mata itu telah membawanya menemukan makna hidup yang sejati.
Di balik barang-barang peninggalan orang-orang yang telah meninggal, ternyata menyimpan berbagai kisah tak terlupakan dan dalam kasus tertentu dapat mengungkapkan alasan dibalik kematian seseorang.
Saat membaca buku ini, aku merasa tergugah untuk melakukan refleksi diri. Menyadarkanku akan pentingnya peka terhadap orang-orang di sekitar kita. Kita perlu memberi perhatian dan menunjukkan kasih sayang terutama terhadap orang terdekat kita, keluarga, orang tua, adik, kerabat, sahabat, intinya orang-orang tersayang dan terkasih.
Buku ini meningatkan kembali pentingnya meluangkan waktu bersama orang tersayang, sesederhana hanya makan bersama, ngobrol santai, atau apapun itu agar tetap terjalin komunikasi dengan mereka. Selama masih ada waktu, jangan pernah menunda-nunda untuk membuat momen bersama orang tersayang.
Terkadang hal-hal yang sederhana memiliki makna yang besar, hal-hal kecil dapat berdampak besar bagi orang lain.