Aku dan suami sedang dalam fase belanja perlengkapan bayi. Ini fase yang mengasyikkan terutama buat suami, karena dia senang melakukan riset gadget dan teknologi, dan baginya stroller merupakan dunia gadget tersendiri. Inilah alasannya postingan ini ditujukan untuk “first-time parents“, bukan hanya “first-time moms”, sebab bukan nggak mungkin para ayah banyak yang turun tangan dalam memilih teknologi terbaik untuk si utun.
Banyaknya pilihan malah sering bikin kita bingung, ya. Coba saja berselancar di online shop, sejumlah merek strollerakan muncul berulang. Sebutlah: Joie, Nuna, Babydoes, Bugaboo, Ergobaby, dan masih banyak lagi. Belum lagi tiap merek menyediakan tipe yang sekilas kelihatan mirip-mirip. Tambah pusing, deh 😵💫
Di sini aku tidak merekomendasikan satu merek tertentu. Tulisan ini bertujuan untuk membantu kita berpikir lebih sistematis. Riset sebaiknya dilakukan sebelum kita pergi ke toko, supaya rentang pilihan kita lebih sempit dan tajam, sudah tahu apa yang kita mau, dan nggak perlu buang-buang waktu di toko untuk diskusi panjang (iya, saya masih menyarankan ke toko offline karena kurang nampol rasanya kalau belum pegang-pegang sendiri).
Kita bicara dulu soal kesamaan, ya.
Persamaan dari sebagian besar stroller:
Sambil mengingat lima persamaan di atas, berikut hal-hal spesifik yang perlu dipertimbangkan ketika memilih stroller:
“Kemudahan” di sini termasuk: ukuran saat dibuka dan ukuran (dan berat) setelah dilipat. Dan tentu saja: bagaimana mekanisme lipatnya? Perlu menggunakan dua tangan atau bisa dengan satu tangan (one-hand folding)? Ukuran dan berat stroller setelah dilipat akan ikut menentukan seberapa mudah stroller tersebut dibawa-bawa. Yang satu ini lebih baik dipertimbangkan bersama, atau dengan memikirkan, orang yang nanti akan membantu moms: suami? babysitter? para mamak? supir?
Buat aku dan suami, build quality sangat penting demi keselamatan. Kebetulan kami berdua adalah tipe orang yang mau sedikit mengorbankan gaya dan penampilan demi keamanan dan ketahanan jangka panjang.
Langkah pertama: watch out for plastics! Semakin banyak bagian dari stroller yang terbuat dari plastik, harga memang akan semakin murah, namun kerusakan akan lebih sulit diperbaiki. Bukan tidak mungkin stroller tersebut harus diganti seluruhnya (artinya, harus beli baru). Jadi, sejauh budget memungkinkan, pilih stroller dengan sebanyak mungkin bagian terbuat dari metal dan bannya terbuat dari karet.
Langkah kedua: rasakan sendiri apakah stroller tersebut cukup kokoh atau meleyot-leyot. Inilah gunanya pergi ke toko offline, yaitu supaya bisa memegang dan mendapatkan feel sesungguhnya. Cobalah mendorong maju, menarik mundur, berbelok, mengunci roda. Beberapa stroller punya ban belakang lebih besar dibanding ban depannya, dan tidak sedikit yang dilengkapi dengan sistem suspension yang baik. Faktor-faktor ini menambah kekokohan stroller, dan pastinya kenyamanan si utun.
Perhatikan kebiasaan dan gaya hidup kita dan pasangan, serta terrain alias lahan yang paling sering kita lalui. Pilihan untuk kita yang cenderung rumahan atau lebih banyak nge-mall, yang “petualangan”-nya hanya sejauh taman kota atau kebun binatang, kemungkinan besar tidak terlalu membutuhkan travel stroller.
Beda lagi kalau kita memang sering bepergian, terutama dengan transportasi umum, maka kepraktisan yang ditawarkan travel stroller akan sangat berguna. Buat yang banyak mempergunakan pesawat, maka cabin-sized stroller bisa jadi sangat penting. Kenapa? Kan bisa masuk bagasi? Iya, bisa, tapi pihak maskapai maupun bandara biasanya tidak bertanggung jawab atas kerusakan stroller. Tahu sendiri kan bagaimana mereka meng-handle barang-barang yang masuk bagasi?
Perlu dicatat bahwa mungkin ada perbedaan pengertian dari istilah “city” atau “urban” yang kerap ditambahkan sebagai keterangan stroller. Sebagian besar stroller yang dijual di Indonesia berasal dari Eropa, dan bisa kita bayangkan bahwa di kota-kota di Eropa sana, penduduknya lebih banyak JALAN KAKI. Sedangkan konsep “kota” di Indonesia adalah: ke mana-mana naik mobil, dan keluar dari mobil masuk gedung ber-AC, entah perkantoran, mall, atau kafe. Stroller yang dilabel sebagai city-friendly atau urban-dweller belum tentu cocok dengan kondisi “city“-nya kita. Lebih baik fokus pada kondisi nyata yang kita alami sehari-hari.
Jangan memikirkan skenario-skenario yang masih jauh atau masih belum tahu akan terjadi atau tidak. Misalnya: “Nanti akan punya anak lagi”, atau “Gimana kalau kita perlu ke luar kota atau luar negeri?”. Fokus pada kebutuhan SAAT INI, atau paling tidak kebutuhan masa depan jangka pendek. Pola pikir seperti ini sudah membantu menyingkirkan cukup banyak jenis stroller, seperti stroller tandem dan travel stroller.
Stroller merupakan barang high demand, jadi seharusnya cukup mudah untuk di-preloved kelak, seandainya kita butuh untuk mengganti dengan tipe lain yang lebih sesuai. Stroller khusus untuk keperluan insidentil juga bisa diperoleh dari tempat penyewaan perlengkapan bayi. Jadinya lebih hemat dan praktis.
BUKAN “what you want” atau “what other people need or like“. Bedakan “ingin” dan “perlu”. Perlu jujur pada diri sendiri. Dan jangan minta pendapat dari terlalu banyak kepala. Kecuali kalau ada banyak kepala yang dengan sukarela memberi nasehat, maka tugas kita adalah menyeleksi kepala mana yang mau kita dengarkan.
Nonton review tentu saja boleh, tapi kalau bisa cari kanal yang memang didedikasikan untuk stroller atau minimal perlengkapan bayi. Aku dan suami suka nonton Magic Beans. Lengkap dan banyak ngomongin hal teknis, jadi para bapak pasti lebih mudah relate.
* * *
Semoga tulisan ini semakin mempermudah kegiatan memilih stroller, ya!