Sejak tahun 2015 yang lalu saya secara resmi menjadi warga Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat—sejak dilantik menjadi salah seorang ASN. Kabupaten Mamasa adalah salah satu kabupetan di Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Nasrani atau Kristen. Menjalani bulan Ramadan di Kabupetan ini akan sedikit penuh tantangan apalagi kalau kita berdomisi di Kecamatan yang penduduknay 100 % Kristen dan tidak ada Masjid.
Alhamdulillah saya sendiri sekarang tinggal di kecataman Tanduk Kalua, salah satu kecamatan di Kabuoetan Mamasa yang penduduk beragama muslim cukup banyak atau sekitar 30% dan terdapat satu buah masjid yang cukup besar di sini—kami sendiir tinggal hanya sekitar 5 rumah dari masjid, sehingga bagi kami sekeluarga menjalani aktivtas di Ramadan menjadi sedikit lebih mudah dan rasanya tidak terlalu “asing”. Saya ingat tahun pertama saya menjalani Ramadan di Kabupatan Mamasa, rasanya seperti terasingkan karena masjid yang jauh dan tidak ada orang muslim yang tinggal di sekitar kami saat itu, hehehe.
Tradisi Ramadan yang Berbeda di Kabupaten Mamasa
Seperti yang sudah saya tulis di atas kalau Kabupetan Mamasa adalah kabupaten dengan penduduk masyoritas beragama Nasrani, maka saat datang ke kabupaten ini saya sedikit dibuat terkejut dengan segala sesuatu yang “berbeda” dari yang biasa saya rasakan di Makassar—kota asal saya, terutama saat Ramadan tiba.
Walau sekrang saya tinggal di daerah dengan penduduk muslim yang lumayan banyak, tapi tetap saja ada yang berbeda di setiap Ramadan di Kabupetan Mamasa yang kadang membuat saya rindu dengan suasana Ramadan di Kota Makassar, hehehe. Berbeda di sini karena toleransi beragama yang cukup kental karena walau di beberapa kecamatan ada sebagian yang beragama muslim, tapi penduduk Nasrani juga masih punyak hal untuk dihormati keberadaaanya.
Baca Selengkapnya
Visit Blog