Bulan Ramadan adalah bulan spesial dimana banyak sekali momen-momen yang ditunggu banyak orang. Selain itu bulan ini menjadi sangat spesial karena banyak hal-hal ikonik khas bulan Ramadan, seperti munculnya berbagai pasar takjil, pasar Ramadan di malam hari, ramainya masjid dan musala saat salat Tarawih dan lain sebagainya.
Sebagai negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam dan termasuk negara dengan pemeluk Islam terbanyak di dunia, tentu banyak sekali hal istimewa yang membuat bulan Ramadan spesial bagi penduduk negeri ini. Termasuk tradisi-tradisi unik untuk menyambut bulan Ramadan di berbagai daerah.
dok.pribadi
1. Tradisi nyekar jelang ramadan
Di setiap daerah di Indonesia, tradisi nyekar ini sepertinya hal yang sangat umum meski dengan berbagai sebutan lain seperti Nyadran di Jawa Tengah juga Ngosoran di Bangkalan Madura. Nyekar sendiri berasal dari kata Jawa sekar yang berarti bunga. Tradisi ini dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada anggota keluarga yang telah berpulang, sembari mendoakan keluarga yang telah wafat tersebut. Sanak keluarga berziarah ke makam keluarga yang telah mendahului, biasanya dilakukan menjelang 1 Ramadan. Keluarga berziarah sambil membersihkan makam, kemudian berdoa dan menaburkan bunga ataupun air yang telah dipersiapkan.
sumber:canva.com
2. Megengan di Jawa Timur
Tradisi berikutnya yang ada di Jawa Timur yakni megengan yaitu syukuran yang biasanya diselenggarakan di masjid, musala maupun di sekitar wilayah rumah seperti di RT ataupun gang-gang. Acara utamanya biasanya adalah doa bersama untuk menyambut Ramadan agar ibadah di bulan puasa lancar dan penuh berkah. Biasanya para warga akan membawa makanan dari rumah masing-masing untuk kemudian dikumpulkan dan dimakan bersama ataupun dibagi dan dibawa pulang. Makanan yang tak boleh ketinggalan yakni apem. Apem menjadi simbolik dari tradisi megengan ini. Konon katanya apem berasal dari bahasa Arab afwan yang berarti maaf. Diartikan bahwa memasuki bulan Ramadan harus didahului dengan pemaafan yang tulus antar sesama agar ibadah puasanya semakin mantab dan penuh berkah.
sumber:canva.com
3. Padusan di Jawa Tengah
Padusan berasal dari kata bahasa Jawa yakni adus yang berarti mandi. Secara umum, padusan adalah tradisi mandi di sumber mata air sehari sebelum Ramadan. Tradisi ini sudah ada sebelum Islam masuk ke Indonesia, dilakukan oleh Raja-raja untuk membersihkan diri menjelang acara besar atau penting. Setelah masuknya Islam ke Indonesia dan tanah Jawa khususnya, tradisi ini tetap dilakukan dengan pemaknaan baru. Dalam Islam sendiri sebetulnya tidak ada anjuran dan dalil khusus terkait dengan pembersihan diri sebelum memasuki Ramadan (kecuali mandi janabat ya tentunya), namun juga tidak ada larangan untuk melakukan bersih diri karena memang dalam Islam pun kebersihan adalah sebagian dari iman. Masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah percaya bahwasanya bulan Ramadan adalah bulan yang sangat spesial, sehingga agar jiwa raga lebih siap maka tradisi padusan ini dilakukan.
sumber:canva.com
4. Munggahan di Jawa Barat
Kata munggahan berasal dari kata bahasa Sunda munggah yang bermakna naik. Secara filosofis diartikan sebagai ‘naik derajat’ dari hal-hal yang kurang baik menjadi hal-hal baik saat memasuki bulan Ramadan. Acara umumnya yakni berkumpul bersama keluarga, saling bermaafan, doa dan makan bersama atau yang biasa dikenal dengan botram. Adapula yang mengagendakan untuk berwisata bersama keluarga, menghabiskan waktu bersama berkumpul dengan keluarga sehari atau satu-dua minggu sebelum Ramadan.
5. Megibung di Karangasem Bali
Meski umat muslim di Bali adalah minoritas, tidak menyurutkan semangat pemeluknya untuk menyambut Ramadan dengan tradisi megibung. Megibung sendiri sebetulnya juga sudah ada sejak dahulu kala, bahkan konon diprakarsai oleh Raja Karangasem ketika berhasil dalam peperangan. Tradisi ini adalah acara makan bersama dengan membuat kelompok yang duduk melingkar dengan nampan sebagai tempat makan bersama. Gibung sendiri bermakna saling berbagi antar satu dengan yang lainnya.
Nah ternyata banyak sekali ya ragam tradisi unik dan seru masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan Ramadan. Bagaimana dengan tradisi di daerahmu? Apakah tradisi tersebut masih tetap konsisten dilakukan di era modern ini? Buatku pribadi, merayakan dan menyambut Ramadan dengan berbagai tradisi turun temurun yang ada merupakan sebuah hal yang patut dilestarikan. Tujuannya tentu tidak lain agar bulan istimewa ini tetap memiliki makna spesial. Tentunya juga tidak harus semua tradisi serta merta diterima dan dilakukan yaa, terlebih jika hal tersebut melanggar syariat Islam. Tetap perlu bijak dan cermat dalam memaknai setiap hal yang kita pilih ya.