fbpx

Transisi Energi Terbarukan untuk Negeri

3 November, 2022

Yang disyukuri dari Pandemi Covid-19, Langit Jakarta Cerah !

Enggak menyangka ya, di akhir tahun 2022 ini kehidupan mulai berangsur normal kembali pasca pandemi yang menimpa kita dua tahun belakangan. Memang belum dapat dikatakan seratus persen kembali ke kondisi awal sih, tetap harus menjaga diri dengan disiplin menggunakan masker di ruang publik dan rutin mencuci tangan, tapi setidaknya teror angka-angka kematian akibat Covid-19 sudah jarang terdengar.
Alhamdulillah… senang sekali menyaksikan masyarakat bisa menuntaskan rindu dengan keluarga di kampung halaman, karena selama pandemi kita benar-benar dibatasi. Enggak cuma itu, senang sekali melihat dedek-dedek sekolah dan mahasiswa yang kembali belajar tatap muka karena sudah pasti mereka jenuh jika hanya belajar melalui layar ponsel atau komputer tanpa interaksi sosial yang nyata.
Di tengah rasa syukur akan kembali dibukanya aktivitas-aktivitas di ruang publik, ada satu hal yang kemudian membuat diri ini bersedih. Mengamati lalu lalang kendaraan bermotor yang tiada henti di depan rumah membuatku berpikir jauh lebih dalam.
Polusi telah kembali…
Well, mobilitas masyarakat yang kembali normal jelas memiliki konsekuensi khususnya terhadap lingkungan. Sebuah artikel dari Mongabay bertajuk “Pandemi belum pergi, Polusi sudah kembali” secara gamblang menjelaskan bahawa kebijakan pelonggaran dan pemulihan ekonomi sebagai dampak pandemi Covid-19 telah membawa polusi lahir kembali. Dikatakan lebih jauh, di beberapa kota-kota lainnnya bahkan mengalami peningkatan kualitas udara yang lebih buruk dari kondisi sebelum pandemi.
Aduh… enggak rela deh, rasanya baru kemarin kita sama-sama menikmati langit jakarta yang biasanya berkabut dan terselimuti polusi menjadi langit cerah dengan warna biru yang menawan… baru sebentar kondisi sudah harus kembali ke sedia kala.

Langit Jakarta kembali dipenuhi selimut polusi, berwana kelabu dnegan jarak pandang yang pendek…

 
Well, memangnya apa konsekuensinya jika kualitas udara di Jakarta semakin buruk ? Begini guys, tercemarnya udara dengan polutan seperti Nitrogen dioksida akan berdampak buruk terhadap kesehatan manusia, misalnya yang sering kita temui adalah terjadinya gangguan pernapasan.

Urgensi Transisi Energi, Udara Bersih adalah Hak Kita

Setuju dong jika transisi energi adalah sebuah urgensi dan keharusan. Sudah saatnya pemerintah dan stakeholder terkait bertanggung jawab terhadap kualitas udara yang kian buruk. Transisi energi dari fosil ke non fosil harus segera direalisasikan karena udara bersih adalah hak kita semua.

Sebentar sebentar, memangnya apa sih transisi energi ?
Secara sederhana transisi energi dapat didefinisikan sebagai upaya mengurangi penggunaan energi fosil dengan energi non fosil yang redan polusi dan emisi gas rumah kaca. Misalnya, perpindahan penggunaan bahan bakar kendaraan dari energi fosil ke sebagian fosil atau bisa juga perpindahan penggunaan listrik dari energi fosil ke non fosil seperti energi matahari atau angin.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa transisi energi merupakan sebuah urgensi yang wajib dan sangat perlu segera direalisasikan karena meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi berbahan bakar fosil. Tak hanya itu lho, sampai saat ini bahan bakar fosil juga masih menjadi bahan bakar utama pembangkit listrik. Kedua hal tersebut jelas memiliki konsekuensi terhadap semakin tebalnya selimut polusi yang berkontribusi terhadap efek gas rumah kaca (GRK).
Sudah bukan rahasia umum jika gas rumah kaca akan menyebabkan naiknya kumpulan polusi yang menyelimuti atmosfer bumi kemudian secara perlahan namun pasti akan meningkatkan suhu permukaan bumi atau bahasa kerennya Global Warming.
Dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong perubahan iklim yang berkontribusi terhadap sederet bencana lingkungan dan bencana sosial ekonomi. Mulai dari banjir, kekeringan, hujan badai, kelaparan, kemiskinan, dan menurunya kualitas dan kuantitas produk pertanian yang sangat kita butuhkan sehari-hari.
Berdasarkan data yang dirilis oleh BNPB mengungkap fakta bahwa memang benar jika efek gas rumah kaca adalah bencana yang mendominasi atau paling sering terjadi di Indonesia. Lalu, siapa lagi yang akan dirugikan jika sudah begini ? tidak lain tidak bukan adalah manusia alias diri kita sendiri dan keluarga tercinta.
Untuk itu, sekali lagi perlu kita sadari bersama-sama bahwa transisi energi adalah sebuah urgensi untuk mengikis selimut polusi yang menyelimuti atmoster bumi supaya kehidupan manusia dapat kembali sejahtera terbebas dari bencana alam, kelaparan, hingga kemiskinan.
Baca Selengkapnya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Julita Hasanah
sedikit banyak membagi pengalaman pendidikan, mendapatkan beasiswa studi master, serta pandangan hidup.

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

tagcalendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram