fbpx

Travelling ke Bangkok dan Pattaya Thailand 6 hari 5 malam

1 December, 2021
Photo by Alexandr Podvalny on Pexels.com

DISCLAIMAR ON
Saya menulis perjalanan ini disaat pandemi Covid-19 menguasai dunia hampir dua tahun lamanya. Perjalanan saya ke Thailand ini berlangsung di tahun 2019 lalu. Rindu sekali bisa travelling lagi tanpa harus banyak batasan dan aturan seperti sekarang. Semoga dunia bisa segera pulih.

Thailand adalah salah satu negara yang kaya akan sejarah dan budaya, terutama dari sisi kulinernya. Thailand menjadi negara yang paling banyak diincar para traveler dari seluruh dunia. Selain karena biaya perjalanan yang murah dan kulinernya yang mengugah lidah, Thailand merupakan surga para wanita yang suka berbelanja dan berburu barang fashion murah kekinian yang dijual kembali.

Perjalanan ke Thailand bersama suami adalah salah satu perjalanan yang paling saya syukuri. Banyak kenangan dan memori lucu yang kami dapatkan disana. Menurut saya pribadi, Thailand salah satu negara yang paling ramah turis. Meskipun kesulitan disana adalah mayoritas masyarakatnya kurang bisa berbahasa inggris. Sedangkan seperti yang kita ketahui bersama, bahasa Thailand beserta aksara tulisan Thailand itu sangat susah untuk dipahami.

1. Kedatangan

Sebenarnya keberangkatan kami ke Thailand ini super dadakan. Jadi tidak terlalu banyak persiapan sebelumnya. Apalagi sebelum keberangkatan, berdasarkan research yang kami lakukan travelling ke Thailand tidak terlalu sulit.

Kami tiba di Don Mueang International Airport, Thailand pada tanggal 15 Agustus 2021 sekitar jam 4 sore waktu setempat. Banyak pelancong dari seluruh dunia tiba di bandara itu. Jadi harus hati-hati akan barang bawaan kita karena rawan rampok.

Sesampainya di Bangkok, kami langsung mencari tempat makan. Kami memilih makan di kedai pinggir jalan saja, merasakan sensasi jadi orang lokal. Kalau tidak salah ingat, kami makan nasi goreng ala Thailand. Pake sambal ala Thailand gitu, ada rasa pedas-asam-asinnya. Lumayan enak untuk harga sekitar 35 bath (Rp. 15.000) per porsinya.

Malam itu kami menginap di sebuah hotel yang lumayan nyaman dan lokasinya ditengah kota. Dari hotel tersebut kita bisa langsung naik transportasi tradisional ala Thailand yaitu perahu tengah kota yg melintasi sungai-sungai kecil di kota Bangkok. Seandainya di Indonesia ada juga transportasi perahu tengah kota begitu ya, pasti seru.

Nama hotelnya saya agak lupa, tapi sepertinya lokasi tidak terlalu jauh dari Wat Arun Pagoda. Harganya juga lupa, tapi sepertinya tidak mahal.

2. Hari Pertama (Wat Arun Temple – MBK Center – River City – Chao Phraya River)

Pagi harinya, sesuai schedule yang kami rencanakan kami ingin main-main ke Wat Arun Pagoda. Wat Arun yang merupakan salah satu maskot negara Thailand ini adalah candi raksasa dengan 4 pilar menara.

Dari segala angle, candi ini sangat cocok dijadikan spot poto yang bagus. Candi ini memiliki motif-motif bunga yang disusun dari beribu keramik. Katanya tak sah kalau ke Bangkok kalau tidak main ke Wat Arun.

Selain karena ke-eksotisannya, Wat Arun selalu menjadi destinasi wisatawan dari seluruh dunia terutama Indonesia. Hal ini akibat adanya pasar tradisional yang menjual berbagai cenderamata khas Thailand dibagian belakang candi ini. Untuk orang Indonesia, tidak perlu membayar menggunakan uang bath. Pakai uang rupiah juga bisa. Indonesian-able pokoknya. Selain itu, menurut saya tidak perlu tawar menawar lagi dipasar ini karena harga barang yang ditawarkan sudah murah sekali. WORTHED TO TRY!

Saking menikmati kegiatan, kami tidak menyadari hari sudah sore. Perut kami perlu diisi. Kami pun memesan Grabcar dari lokasi candi ke MBK Center atau orang setempat menyebutnya Mahboonkrong. Tempat ini sebenarnya mall seperti pada umumnya. Halaman mall tersebut tersebar ratusan stan penjual makanan dan minuman ringan. Harganya juga ramah dikantong. Bahkan bukan hanya jajanan saja, macam-macam penjual yang ada disana. Mulai penjual bra sampai penjual lampu hias pun ada.

Selesai dinner a.k.a jajan malam, kami melanjutkan acara kami. Kami menuju River City Bangkok yg lokasinya tidak terlalu jauh dari MBK Center. River City Bangkok ini adalah tempat dimana kita bisa duduk-duduk sore melihat matahari sembari melihat sungai Chao Phraya, sungai terbesar dan terpanjang di Thailand.

Sungai Chao Phraya merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi di Bangkok. Setiap harinya sungai ini akan dilalui puluhan kapal besar yang mengangkut ribuan turis mancanegara untuk mengelilingi kota Bangkok. Semacam city tour tapi menggunakan kapal pesiar ala-ala.

Untuk bisa menaiki kapal-kapal tersebut, kita harus beli tiket di River City. Namun kami sudah booking tiket kapalnya melalui aplikasi KLOOK seharga Rp. 831.788 untuk 2 orang. Nama kapal yang kami booking adalah Chao Phraya Princess Cruise.

Jadi di River City kami tinggal scan barcode dari aplikasi untuk ditukar dengan tiket kapalnya. Kami sudah booking dari masih berada di Indonesia karena untuk menaiki kapal-kapal tersebut harus rebutan dengan turis-turis lainnya. Setiap harinya ada puluhan ribu turis yang menaiki kapal-kapal dan menyebrangi sungai Chao Phraya.

Sekitar jam 8 malam, kapal yang hendak kami naiki muncul didermaga. Kami dan ratusan, mungkin ribuan turis lainnya berjalan antri masuk ke kapal. Meja kita untuk dinner sudah dinomorin dan kita duduk sesuai dengan nomor yang ada di tiket kita.

Kapalnya lumayan mewah. Kapal ini punya 2 tingkat. Kami kebetulan dapat nomor meja di lantai 1. Jadi kurang bisa menikmati makanan sambil kena angin sepoi-sepoi. Tapi tidak apa karena suasana kapal yang oke dan makanan yang disajikan kelas atas sekali. Mulai dari cuisine seafood sampai segala macam daging disediakan sampai dengan makan diiringin musik romantis ala kapal pesiar. Tidak perlu ada keluhan.

Setelah selesai makan, kami naik ke lantai 2 untuk melihat pemandangan kota Bangkok lebih luas. Kapal ini membawa kami menyusurui Sungai Chao Phraya selama 2 jam. Di lantai 2 ini kita bisa menikmati acara live music sambil sambil dancing bersama para turis lainnya. Seru sekali pokoknya.

Kami tiba kembali di River City sekitar jam setengah malam. Nah, disinilah kesulitan terjadi. Kami hendak pulang ke hotel, namun sangat sulit mendapatkan Grabcar karena banyak turis lainnya juga yang sedang order. Selain itu, ntah kenapa semuanya tulisan di aplikasi Grab kami berubah menjadi huruf aksara Thailand yang sudah jelas tidak bisa kami pahami. Dengan bahasa inggris yang seadanya kami meminta tolong seorang tour guide yang ada disana untuk membantu kami memesan Grabcar.

Beruntung kami menemukan seorang driver grabcar yang ramah. Pria ini sudah tua namun super gaul. Bahasa inggrisnya juga lumayan oke untuk ukuran orang Thailand. Ditengah perjalanan menuju hotel, beliau memberi informasi bahwa sebenarnya nama kota Bangkok sangat panjang, bahkan dinobatkan dan terdaftar dalam Guiness Book of Records sebagai nama kota terpanjang didunia.

Nama asli kota Bangkok yaitu Krung Thep Mahanakhon Amon Rattanakosin Mahinthara Yuthaya Mahadilok Phop Noppharat Ratchathani Burirom Udomratchaniwet Mahasathan Amon Piman Awatan Sathit Sakkathattiya Witsanukam Prasit , yang artinya “Kota malaikat, kota agung, kota intan abadi, kota Dewa Indra yang tidak tergoyahkan, ibu kota mulia alam yang dikaruniai sembilan batu permata berharga, kota kebahagiaan, penuh dengan Istana Kerajaan yang sangat agung yang mirip surga dimana pemerintahan adalah reinkarnasi dewa-dewa, sebuah kota yang diberikan oleh Indra dan didirikan oleh Wisnu”

3. Hari Ke Dua (Long Neck – Bee Farm – Frost Magical – Budha Laser – Silver Lake)

Keesoka harinya, pagi-pagi benar kami naik bus dari Bangkok ke Pattaya. Pattaya adalah salah satu tempat tujuan yang wajib dikunjungi jika sudah ke Thailand. Lama perjalanan hampir 2 jam.

Sebelum kami tiba ke pusat daerah Pattaya, kami singgah ke Long Neck Karen Village yaitu desa yang penduduk perempuannya yang memiliki leher panjang akibat dikalungin besi lingkar dileher mereka sedari bayi. Mereka percaya bahwa semakin panjang leher seseorang maka semakin dianggap cantik. Besi lingkar di leher akan ditambahkan semakin bertambah usia mereka.

Jujur saya sedih sih melihat mereka seperti itu. Tapi di lain sisi ada rasa kagum juga karena di dunia yang serba maju seperti ini masih ada mereka yang tetap teguh menjalankan dan melestarikan adat dan istiadat mereka. Mereka juga menjual hasil kerajinan mereka untuk dibeli para pengunjung. Saya membeli beberapa syal untuk oleh-oleh buat saudara saya.

Kami juga mengunjungi Big Bee Farm yang letaknya tidak terlalu jauh dari desa Long Neck. Kami kesini karena ingin membeli madu propolis yang mereka klaim sebagai propolis ter natural. Mereka katanya juga sudah eksport ke seluruh dunia. Disini terdapat penangkaran lebah raksasa. Ada juga berbagai produk madu olahan selain propolis.

Setelah puas berbelanja propolis kami melanjutkan perjalanan ke Frost Magical of Siam-Pattaya, tentunya setelah mengisi perut yang sudah keroncong di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari tempat ini. Letaknya tidak jauh dari Big Bee Farm tadi.

Frost Magical ini merupakan tempat bermain wahana salju buatan. Tempatnya berupa kulkas raksasa dimana didalamnya kita bisa bermain perosotan, bermain lempar bola es, berswafoto dan sebagainya. Untuk masuk kedalam kita harus membeli tiket dulu (saya lupa berapa harganya tapi sepertinya tidak terlalu mahal).

Nantinya setelah tiket kita beli, kita akan diberikan jaket dan sarung tangan. Tebalnya bukan main tapi tetap saja kami merasakan kedinginan. Saya tidak tahu berapa suhu ruangan tersebut tapi yang pasti tangan saya sampai kaku dan hidung saya sakit saking dinginnya. Worthed to try!

Puas berdingin ria, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi kami ke Budha Laser Mountain. Tempat ini merupakan salah satu landmark Thailand dan wajib dikunjungi. Bukan gunungnya yang menjadi daya tariknya, melainkan laser raksasas berbentuk patung budha yang terdapat digunung tersebut.

Gambar Buddha yang nama resminya Phra Phutta Maha Wachira Uttamopat Satsada tersebut dipahat pada tahun 1996 untuk merayakan 50 tahun takhta Raja Bhumibol Adulyadej. Selama masa Perang Vietnam, tentara Thailand memanfaatkan gunung Khao Chi Chan untuk usaha pertambangan. Batu hasil tambang dimanfaatkan di daerah bandara U-Tapao, yang pada saat itu merupakan basis tentara Amerika. Setelah perang berakhir, aktivitas pertambangan masih berlanjut hingga 1976.

​Gambar Buddha tersebut dipahat di dinding batu menggunakan teknologi laser. Itulah sebabnya objek wisata Thailand yang satu ini disebut Laser Buddha. Laser ini digunakan sebagai pemandu bagi para pekerja pada saat akan memasang emas. Saking besarnya gambar Budha ini bisa terlihat dari jarak yang jauh.

Disebelahnya Laser Budha ada Silver Lake, yang juga tempat yang sayang tidak dikunjungi jika mengunjungi Thailand. Karena berdekatan kita bisa mengunginya sekaligus. Ditempat itu banyak interior eropa yang bisa kita lihat disana. Mulai dari kebun bunga raksasa, air pancuran, tempat untuk menikmati kopi dan wine sambil duduk-duduk cantik. Kami tidak terlalu lama disana, hanya berswafoto sebentar dan membeli segelas gelato.

Hari sudah malam. Kami memutuskan untuk menginap disalah satu hotel yang dekat sekali dengan Pantai Pattaya. Lagi-lagi saya lupa nama hotelnya apa karena kami buru-buru memesannya.

4. Hari ke Tiga

Pagi-pagi betul kami pergi ke Pantai Pattaya. Kami nongkrong disana sambil menikmati sunrise. Akibat kelelahan akibat padatnya jadwal kami 2 hari terakhir, dihari ke tiga ini kami hanya leha-leha di kamar hotel sambil berjalan-jalan kecil disekitar hotel mencari jajanan kecil.

Malamnya baru kami beraksi. Pattaya merupakan tempat Las Vegasnya Thailand. Tempat ini hidup pada saat sore menjelang malam. Banyak acara dan kegiatan pada saat malam di Pattaya. Kita bisa makan malam seafood di food court disekitaran pinggir jalanan di Pattaya.

Disana kami juga sempat menyaksikan Banci Show atau di sana nama tempatnya adalah Alcazar Cabarret. Disini para waria menyajikan berbagai macam aktraksi. Seumur hidup saya baru pertama kali menyaksikan atraksi waria-waria yang begitu cantik dan rupawan. Saya yang perempuan kalah gemulai dibanding mereka.

Saya captured dari Highlight Igstory saya hehe

Setelah puas menonton para waria cantik tersebut, kami menyusuri Walking Street Pattaya. Jalanan ini penuh setiap harinya,terutama menjelang tengah malam sampai subuh. Diseluruh jalanan ini banyak orang bertransaksi. Transaksi yang dimaksud adalah transaksi prostitusi. Disana terang-terangan para pekerja seks komersial menawarkan diri. Biasanya yang diincar oleh mereka adalah para bule non asia. Dan memang para bule tersebut banyak yang datang ke Pattaya untuk hal-hal tersebut.

https://sky.shorthandstories.com/thailand-sex-workers-coronavirus-covid19-bypass-service-worker/assets/X8WeiPaRBB/gettyimages-1011801728-1024x683.jpeg
Source: Sky News
(kemarin tidak sempat ambil foto karena suasana berdesak-desakan)

Sebelum tengah malam kami menyudahi pertualangan kami dihari itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat Walking Street Pattaya tersebut seperti kurang aman untuk para turis budiman seperti kami hehehe.

5. Hari ke Empat

Hari ini adalah harinya belanja. Hari itu kami kembali lagi ke Bangkok dan bersiap untuk belanja sepuasnya. Erawadee menjadi destinasi pertama kami hari itu. Erawadee Herbal Medicine merupakan tempat untuk membeli minyak essential khas Thailand. Disana menjual berbagai macam jenis minyak herbal yang sangat bagus untuk kesehatan kita.

Mulai dari minyak pijit, minyak oles, minyak essential semua ada disana. Mereka jamin semua minyak tersebut herbal dan organik. Saya membeli minyak untuk punggung yang mereka klaim dapat menghilangkan pegal sehabis berolahraga. Dan minyak essentail roll on yang paling saya sukai dan saya hemat pemakaiannya sampai sekarang. Minyak itu sangat berfungsi ketika saya mulai terkena flu atau migran. Tinggal oles dihidung dan kening, segala pusing dan rasa tidak enak hilang.

Sesampai di Bangkok kembali, kami makan siang di Baan Mhee Cafe karena dekat dengan berbagai pusat perbelanjaan raksasa di Thailand yaitu Platinum MallPratunam MarketMBK Center dan Chatuchak Weekend Market. Semuanya kami jelajahi dari siang sampai malam. Barang belanjaan kami jangan ditanya semana. Banyaknya bukan main. Kebanyakan sih barang titipan untuk kerabat.

Source : Google
(Tidak sempat foto-foto karena keasyikan belanja)

Saat berbelanja disana pintar-pintar lah menawar. Ada beberapa penjual yang sudah menetapkan harga dan ada juga yang harus kita tawar harganya.Banyak juga para pelancong dari seluruh dunia yang membawa koper kosong yang besar ketika berbelanja disana. Bagi kamu yang ke Thailand dan memang berniat untuk berbelanja sebaiknya sediakan koper-koper kosong seperti para pelancong tersebut supaya tidak kesusahan membawa barang belanjaan seperti kami.

Makan malam terakhir kami di Thailand kami menyantap Tom Yum, di Go Ang Pratunam. Memang beda sekali Tom Yum yang rasanya dibuat oleh orang asli Thailand. Lebih pekat, asam dan pedas.

6. Kepulangan

Tibalah saat kepulangan kami ke Indonesia tercinta. Siap tidak siap kami akan meninggalkan Thailand dengan segala keunikannya. Mulai dari logat aksennya yang unik, makanan seafood yang segar serta berbelanja barang fashion dengan harga ramah dikantong. Semoga jika diijinkan kembali oleh waktu, kami bisa berkunjung lagi ke Thailand dan bisa eksplore wilayah lain selain Bangkok dan Pattaya.

🍃You don’t have to be rich to travel well🍃

Eugene Fodor

Baca Selengkapnya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Bethania FEBYOLETTA
Enthusiastic about Minimalism, Self-Development, Books, Healthy Lifestyle, Cooking and Travelling❤

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

calendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram