Berawal dari sebuah novel karya Tere Liye yang berjudul Hujan. Saat membaca novel itu pikiranku diajak untuk berandai-andai, dalam novel tersebut menceritakan kondisi suatu kota yang berbulan-bulan mengalami musim dingin dan musim panas yang berkepanjangan. Hal tersebut menyebabkan sebagian besar aktivitas manusia menjadi terganggu dan ekonomi lumpuh karena cuaca ekstrem yang berdampak semakin langkanya mencari sumber pangan dan terjadinya bencana banjir.
Secanggih apa pun teknologi ternyata tidak mampu untuk mencegah kondisi buruk itu, salah satu jalan adalah membuat kapal raksasa di luar angkasa untuk menampung manusia yang hidup di bumi agar bisa berpindah ke tempat yang memberikan jaminan umur lebih panjang dan mereka yang tidak mendapatkan kesempatan hidup di kapal tersebut di bumi hanya tinggal menunggu waktu saja untuk bertahan dan beradaptasi dengan perubahan iklim yang esktrem. Dari cerita tersebut saya mencoba berfikir bagaimana kondisi bumi beberapa tahun kedepan jika tidak dijaga dengan baik oleh manusia sendiri?
Kita tidak pernah tahu apakah cerita fiksi dalam novel itu akan di alami oleh anak cucu kita. Namun, hal yang perlu digaris bawahi bahwasanya kondisi bumi sekarang sedang tidak baik-baik saja. Hal tersebut dibuktikan dengan kondisi cuaca yang tidak lagi menentu diberbagai daerah. Waktu di bangku sekolah teori menjelaskan musim kemarau terjadi pada bulan April-September dan musim hujan di bulan Oktober-Maret. Namun, teori itu sudah tidak bisa dijadikan pedoman lagi karena dari BMKG sendiri memprediksi musim penghujan bisa datang lebih cepat (Radarsolo, 27 September 2021). Hal tersebut umumnya disebabkan karena pergerakan angin muson dan kenaikan suhu permukaan laut. Sehingga mengakibatkan perubahan iklim yang tidak lagi menentu.