Nafasku memburu. Dada terasa panas. Kakiku yang mulai sakit terus kupaksa berlari. Sambil sesekali menyeka keringat yang membanjiri wajah, tak bosan-bosan aku menyemangati diri sendiri. Ayo, ayo! Sedikit lagi sampai.
Aku hampir lengah saat sosok bertubuh gempal menyalip dengan santai. Si Langit dengan pipi gembulnya itu masih sempat-sempatnya menengok ke arahku sambil melempar senyum topeng yang seolah berkata, "Daaah, duluan ya!"
Aku terpancing. Aku tidak boleh kalah. Egoku memuncak merobek langit.
...