Tidak bisa dipisahkan dengan Kraton Yogyakarta, Pemakaman Imogiri merupakan tempat peristirahatan terakhir para Raja Mataram beserta keturunannya baik Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta. Bagi Kasultanan Yogyakarta, Sultan yang mangkat akan melewati Plengkung Gading untuk menuju Pemakaman Imogiri. Semasa hidupnya, Sultan dilarang melewati Plengkung Gading kemanapun tujuannya. Plengkung Gading hanya dilewati Sultan yang sudah mangkat menuju peristirahatan terakhirnya.
Pemakaman Imogiri disebut juga dengan Pasarean Imogiri terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pasarean Imogiri berjarak 16 km di sebelah Selatan Kraton Yogyakarta. Imogiri terdiri dari dua kata yaitu Hima yang berarti kabut dan Giri yang berarti gunung. Pasarean Imogiri bisa diartikan sebagai pemakaman yang berada di gunung (tempat yang tinggi) dan berselimut kabut.
Pembangunan Pasarean Imogiri digagas oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pembangunannya dimulai sejak tahun 1632. MItos yang ada, Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin dimakamkan di Tanah Mekah yang memiliki keharuman. Namun beberapa penasihat mengurungkan dengan alasan pengikut Sultan Agung akan kesulitan untuk berziarah. Kemudian tanah yang harum dari Mekah dibawa oleh Sultan Agung ke Mataram dan melemparkannya. Lokasi jatuhnya tanah tersebut adalah tempat dimana Sultan Agung dimakamkan kelak yang saat ini disebut Bukit Merak. Sultan Agung tidak hanya memikirkan makam untuk diri sendiri tapi juga untuk keluarga dan keturunannya sehingga dibangunlah Pemakaman Imogiri dengan luas sekitar 10 hektar.