Buku-buku karya penulis asal Asia Tenggara hampir tidak saya ketahui apa saja dan siapa saja penulisnya. Jujur, jauh lebih mudah untuk mencari tahu soal buku dan penulis asal Asia Timur yang jauh daripada Asia Tenggara yang dekat.
Bahkan, meski sejak 2010 rutin diselenggarakan Seminar Antarbangsa Kesusastraan Asia Tenggara (SAKAT) setiap tahunnya dari kolaborasi Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), masih banyak karya sastra asal Asia Tenggara yang belum kita kenal.
Kata Hilmar Farid, semasa menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Asia Tenggara memiliki tradisi sastra lisan (Republika, 2017). Mungkinkah itu yang membuat kita tidak tahu banyak perihal kesusastraan tertulis Asia Tenggara?
Argumentasi Gladhys Elliona Syahutari dalam gelaran diskusi SEA CHAT #22 berjudul “Regional Literature Between SEA and Latin America, What Makes the Differences?”, mungkin menjadi salah satu latar mengapa kita tak tahu banyak perihal kesusastraan Asia Tenggara.
Gladhys mengatakan bahwa sastrawan Asia Tenggara cenderung menerjemahkan karyanya ke bahasa Inggris, baru kemudian diedarkan ke kawasan Asia Tenggara, namun itu pun permintaannya tidak banyak.