Suami baru saja mau beranjak dari sofa untuk mengambil air minum ke dapur. Namun, tiba-tiba terdengar bunyi, “brak….” tubuh Om Luk tergeletak lemas di atas sofa. Sontak kami sekeluarga kaget dan langsung menghampiri sofa.
Suami menepuk perlahan bagian bahu tubuh Om, namun tidak ada reaksi apapun. Kemudian memeriksa denyut nadi dan area matanya. Innalillahi wa innailaihi rojiun, Om meninggal saat itu juga di usianya yang ke-45 tahun. Usut punya usut hal tersebut terjadi karena serangan penyakit jantung.
Tak ada yang mengira kejadian tersebut akan berlangsung sangat cepat, dalam hitungan menit hilang semua. Padahal sore itu kami berencana untuk makan bareng di luar bersama-sama. Namun rencana itu batal dan duka menyelimuti keluarga besar kami.
Melihat anak-anaknya yang masih usia Sekolah dan ternyata Om belum memiliki Asuransi Jiwa Syariah, tentu hal tersebut menambah duka mendalam. Karena mereka tentu masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolah.
Sepuluh tahun berlalu sejak kejadian itu, namun ingatan kami akan kejadian tersebut masih membekas. Apalagi Bundi ini bukan tipe yang jago soal pengelolaan keuangan. Hiks…. Padahal ngerti kok kalau kita ini perlu banget memahami literasi keuangan. Selengkapnya di sini.