Awal nonton video-video tentang minimalism gue terkesima tapi juga terselip perasaan aneh. Koq bisa ya mereka hidup dengan jumlah barang-barang sesedikit itu? Kalau nanti perlu yang lain gimana? Trus itu baju kalau jumlahnya cuma segitu apa ga bosan? Ga mau ganti-ganti, gitu?
Nah, kalau gue nontonnya hanya sampai di sini, kemungkinan besar gue akan berkata, “That looks nice. But no, thanks… I don’t think that’s for me.”
Tapi Youtube kasih rekomendasi video lain termasuk the “declutter guru”, Marie Kondo. Barulah gue paham akan esensinya. It turned out go be a real breakthrough for me.
MINIMALISM DAN FUNGSI RUMAH
Minimalism sejatinya mengembalikan fungsi rumah itu sendiri, yaitu untuk dihuni manusia. Tempat bagi mereka yang bernaung didalamnya untuk tumbuh, berkembang, dan berbagi cinta kasih.
Namun sisi ego dalam diri kita tanpa sadar menjadikan hunian itu rumah bagi barang-barang kita.
Kita terus membawa pulang barang-barang hingga tanpa sadar ruangan-ruangan di dalam rumah dikuasai oleh barang-barang yang kita simpan. Tak jarang kita malah nyaris ga punya ruang gerak.
Barang-barang sudah menumpuk pun tidak membuat kita berhenti membawa pulang barang baru, padahal barang-barang yang ada juga tak jarang nyaris tidak tersentuh.
MEMERDEKAKAN DIRI DENGAN MINIMALISM
Gue sepakat banget dengan pendapat Milburn dan Nicodemus, blogger minimalism, yang menuliskan bahwa minimalism adalah alat yang membantu untuk mendapatkan kebebasan.
Bebas dari apa?