Perpusnas, Tempat Baca Buku yang Nyaman di Pusat Jakarta —– Beberapa hari yang lalu, aku dan suami akhirnya bisa menyempatkan diri berkunjung ke Perpusnas RI atau Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang ada di Jl. Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Sebetulnya, sudah lama sekali aku mau ke sana—karena memang Perpusnas sudah mulai hits beberapa tahun belakangan, namun karena pandemi covid-19 yang melanda dua tahun belakangan membuat layanan Perpusnas sempat ditutup selama waktu yang lumayan lama.
Tentunya aku langsung excited saat suami akhirnya mau meluangkan waktu diajak kesana. Oke, jadi intinya kami sampai di sana sekitar jam 10 pagi.
Sayangnya, karena kami menggunakan motor, jadi dari parkir area kami langsung masuk ke gedung Perpusnas, sehingga kami tidak melewati sebuah bangunan cagar budaya lawas yang ada di depang gedung Perpusnas—seperti halnya pengunjung yang datang dengan berjalan kaki.
Masuk ke lobi utama Perpusnas, sudah terasa kesan megahnya gedung ini dengan adanya rak buku super besar yang berdiri kokoh seakan menyambut kami.
Rak buku display di lobi Perpusnas |
Persis di depa kanan-kirinyannya, ada eskalator naik dan turun saling bersilang tepat di depannya. Di dekat eskalator terdapat beberapa figura foto beberapa tokoh perempuan Indonesia yang tersusun rapi bak ada di pameran foto berkelas.
Aku suka sekali dengan desain interior di Perpusnas yang artistik. Vibe-nya juga jadi bukan seperti di perpustakaan, melainkan di mall.
Oiya, berikut jadwal layanan Perpusnas Jakarta:
Bagi pengunjung yang datang tidak bisa langsung masuk ya, harus melakukan proses ini dulu.
Loker tempat titip barang bawaan pengunjung Perpusnas |
Kunci lokernya akan diberikan oleh petugas resepsionis di lobi utama tadi.
Sebagai gantinya, masing-masing mereka dipinjamkan tas jaring untuk menaruh barang bawaan yang akan dibawa masuk ke dalam Perpusnas.
Aku menebak, prosedur ini dilakukan untuk mencegah adanya pencurian atau peminjaman tanpa ijin koleksi buku-buku Perpusnas.
Selanjutnya, bagi pengunjung yang belum mendaftar menjadi anggota Perpusnas, sebaiknya mendaftarkan diri dulu secara online melalui situs https://keanggotaan.perpusnas.go.id/daftar.aspx, guna mendapatkan Nomor Anggota, yang kemudian bisa digunakan untuk membuat Kartu Anggota Perpusnas.
Keanggotaan Perpusnas menjadi syarat wajib untuk meminjam koleksi buku Perpusnas.
Layanan keanggotaan Perpusnas |
Aku sebenarnya kurang paham apakah ini wajib atau enggak buat mereka yang hanya berkunjung (tidak berencana meminjam buku), tapi karena aku memang berniat mau pinjam buku, ya aku langsung membuat kartu anggota.
Tapi proses membuat kartu anggota ini juga gak lama kok, cuma beberapa menit saja. Prosedurnya cuma masukkan Nomor Anggota untuk mendapat nomor antrian, lalu menuju meja petugas untuk difoto dan verifikasi data.
Beruntung waktu kunjunganku di weekday, jadi antriannya tidak terlalu banyak.
Dengan kartu anggota di tangan, selanjutnya kami menuju lantai tujuan untuk menemukan buku-buku yang ingin kami baca.
Gedung Perpusnas sendiri terdiri dari 24 lantai dengan fungsinya masing-masing. Namun, pengunjung tidak perlu khawatir karena di dekat lift di tiap lantai terdapat papan informasinya.
Tujuan utama kami sendiri adalah lantai 12, tempat ruang baca umum.
Meski saat itu weekday, tapi rasanya lumayan lama juga menunggu lift kosong, karena hanya ada 4 lift untuk 24 lantai.
Tiba di lantai 12, kami memasuki ruang utama yang sudah dipenuhi pengunjung yang sedang asik membaca bukunya masing-masing.
Suasanya sangat sepi dan tentram, sampai rasanya aku segan untuk berbicara sesuatu kepada suami, meski hanya berbisik.
Untuk menemukan buku favorit yang diinginkan, pengunjung harus mencarinya melalui sebuah sisem informasi milik Perpusnas bernama OPAC (Online Public Access Catalogue) melalui komputer yang tersedia di hampir tiap lantai.
Caranya, pengunjung tinggal memasukkan kata kunci buku tersebut, lalu muncul informasi tentang ketersediaan, lokasi di lantai berapa buku tersebut berada, dan di rak nomer berapa, untuk memudahkan menemukannya.
Nantinya, pengunjung bisa langsung mem-print informasi tersebut sebagai pedoman pencarian.
Kalap, aku langsung mengetikkan tiga buku incaranku; Sherlok Holmes by Sir Arthur Conan Doyle, Cantik, Gaya dan Tetap Kaya by Prita Ghozie, dan Laut Bercerita by Leila Chudori.
Wah, ternyata buku yang kami inginkan tidak ada di lantai itu, melainkan di lantai 20 dan 21.
Tidak seperti lantai 12, di lantai 20 terdapat lebih banyak pengunjung. Tampak beberapa meja dan kursi yang dipenuhi oleh pengunjung yang sibuk dengan buku dan laptopnya.
Sepertinya sih mereka ini adalah para mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas kuliah sambil mencari buku referensi di Perpusnas ini.
Aku langsung mupeng, ingin bawa laptop juga pada kunjungan selanjutnya, saat melihat ada posisi strategis di mana letak mejanya persis di bawah sebuah jendela lebar yang mana tampak pemandangan gedung di luar dengan jelas.
“Next time kita bawa laptop juga yuk! Kamu kerja, aku ngeblog. Gimana?” ujarku semangat.
Suami cuma mengangguk mengiyakan. Iyain ajalah biar cepet, mungkin sahutnya dalam hati. Haha.
Puas tengak-tengok memperhatikan suasana di lantai ini, kami langsung “berburu” buku dambaan.
Ternyata meski sudah ada informasi tentang letak bukunya, tetap saja tidak mudah menemukan buku yang kita inginkan di antara rak-rak buku yang terjejer rapi. Atau mungkin ini karena pertama kalinya buat kami?
Mencari buku di rak Perpusnas |
Sampai puyeng karena harus fokus cek satu-satu kode di tiap buku |
Menyerah, akhirnya aku bertanya kepada pustakawan yang kebetulan ada di sekitarku, yang sedang menaruh buku-buku kembali ke raknya.
“Mbak, buku ini ada di mana ya? Kok saya gak nemu, padahal raknya udah bener sesuai yang di kertas,” ujarku berusaha sesopan mungkin, karena takut menganggu kerjanya.
“Beneran udah dicari mbak?” jawabnya ramah.
Aku mengangguk. Si Mbak baik hati langsung berkeliling mencari rak buku yang dimaksud, aku mengikuti dari belakang.
Benar saja, letak bukunya ternyata jauh dari rak di mana aku berkutat sebelumnya. Kok bisa ya?
Yep, salah satu dari buku incaranku, “Cantik, Gaya, dan Tetap Kaya” sudah didapat, aku langsung ambil posisi duduk di sofa ternyaman di dekat sana untuk membaca buku tersebut.
Mas suami ikutan duduk di sampingku dengan buku di tangannya.
Oiya, buku lain yang susah juga aku temukan adalah buku Laut Bercerita karya Laila Chudori. Setelah aku tanya pustakawannya lagi, ternyata buku tersebut memang cuma ada satu, dan saat itu sedang dibaca orang lain.
Jadi, dalam misi pencarian buku Laut Bercerita tersebut, aku sebenarnya tidak failed, hanya saja memang bukunya yang tidak ada.
Reading area di lantai 19 |
Udara di dalam ruangan pun terasa sejuk sangat mendukung memunculkan vibe membaca buku semakin terasa homey, membuat betah berlama-lama berada di sana.
Meski tidak bisa dibilang sepi pengunjung, tapi suasana di Perpusnas secara keseluruhan sangat tentram. Sepertinya tiap pengunjung sudah tahu aturan di sini untuk tidak berisik.
Buku-buku tersusun rapi di tiap rak yang berjejer di banyak area.
Pengunjung yang selesai membaca pun, diinstruksikan untuk menaruh bukunya di atas meja yang telah disediakan alih-alih mengembalikannya sendiri ke raknya. Mungkin supaya tidak ada salah peletakan.
Tidak hanya kursi dengan meja layaknya di ruangan kantor, di sana juga tersedia sofa-sofa berwarna cerah untuk pengunjung yang ingin membaca dengan santai.
Nah, puas berkeliling ke lantai yang ingin dikunjungi, kami memutuskan untuk meminjam beberapa buku. Caranya pun cukup mudah.
Maksimal jumlah buku yang dipinjam adalah 2 buku untuk masing-masing orang denga durasi seminggu.
Kurang lama? Jangan khawatir, pengunjung bisa memperpanjang masa pinjam selama seminggu lagi melalui online melalui situs yang sama saat daftar anggota Perpusnas.
Nanti juga akan dikirimi email notifikasi oleh Perpusnas.
Berikut ini salah satu buku yang aku pinjam.
Buku yang dipinjam di Perpusnas Jakarta |
Selain tempat untuk membaca dan meminjam buku, di Perpusnas juga terdapat fasilitas lain yang bisa dimanfaatkan oleh pengunjung untuk beraktivitas.
Vibe-nya kayak di cafe gitu |
Setiap pengunjung yang datang diwajibkan menyerahkan kartu anggota untuk discan.
Selain itu, di lantai ini juga terdapat reading area berupa sofa dan kursi untuk “duduk-duduk” nyaman yang memungkinkan pengunjung untuk bersantai dengan laptop masing-masing.
Intinya sih, jadi semacam coworking space gratis menurutku.
Pemandangan yang indah kota Jakarta | dok. Perpusnas virtual tour |
Ini nih salah satu tujuan utamaku—mungkin juga pengunjung lain, yaitu melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian.
Di sana terdapat beberapa semacam bangku taman untuk pengunjung yang ingin duduk-duduk sambil menikmati pemandangan sambil diterpa angin sepoi-sepoi.
Letaknya ada di lantai 24, lantai tertinggi di Perpusnas berupa balkon di sebelah utara dan selatan.
Tembok pembatas gedung berupa kaca non-transparan. Aku dan suami sempet berfoto selfie juga ke kaca tersebut. Hehe.
Foto-foto sambil di antara hembusan angin |
Meski asik baca buku, jangan lupa sholat di mushola | dok. Perpusnas virtual tour |
Bagi pengunjung muslim, bisa menunaikan ibadah sholat di musholla lantai 6.
Area mushollanya cukup luas dan nyaman untuk pengunjung.
Suasana kantin Perpusnas | dok. Perpusnas virtual tour |
Kami juga sempat makan siang di sana. Menurutku harga yang ditawarkan cukup terjangkau.
Namun sayang, menu yang tersedia kurang bervariasi dan rasa masakannya juga biasa saja.
Pengunjung yang ingin mengadakan rapat tertutup bisa menggunakan eksekutif lounge di lantai 24.
Aku sendiri sebenarnya kurang tahu apa syarat untuk bisa menggunakan ruang tersebut, tapi mas suami menyebutkan bahwa ruangan bisa digunakan dengan durasi yang terbatas.
Untuk info lebih lanjut, silakan hubungi petugas Perpusnas ya!
Nah, itu tadi cerita kunjanganku ke Perpusnas Jakarta. Sebenarnya masih banyak tempat yang belum sempat kami kunjungi di sana karena keterbatasan waktu kami.
Intinya membaca buku di Perpusnas sangat recommended bagi pecinta buku yang ingin membaca dan meminjam koleksi buku favorit, atau sekedar mengganti suasana membaca buku yang lebih nyaman.
Bisa bertemu dengan sesama pecinta buku di Perpusnas juga memunculkan motivasi baru untuk semakin rajin membaca.
Yuk, baca buku ke Perpusnas!