Sebelum menikah dengan suami yang notabene WN Jepang, ada beberapa hal yang saya takutkan, termasuk soal rumah tangga dan stereotipi peran laki-laki dalam keluarga Jepang. Karena konotasi-nya buruk. Tapi, pelan-pelan saya paham bahwa ternyata tidak seperti itu.
Saya masih ingat sekali cerita ayah saya ketika beliau pulang dari program riset-nya di Jepang. Ayah saya bilang bahwa supervisornya di Jepang adalah laki-laki yang sangat “kejam”.
Ayah saya bilang, supervisornya ini kalau belum malam, belum mau pulang ke rumahnya, meskipun hari itu pekerjaan di kantor tidak banyak. Alasannya, karena lelaki pekerja sudah sewajarnya menghabiskan banyak waktunya bekerja di luar, bukan “di rumah”.