Frase “This too, shall pass” ngingetin kita bahwa tidak ada kesenangan dan penderitaan yang abadi. Semua ada tanggal kedaluarsanya.
Frase populer ini pertama kali gue dengar dari Ajahn Brahm, seorang buddhist monk asal Inggris yang sekarang mengabdi di Australia. Beliau adalah pemuka agama yang menyenangkan, segar, ceria, bijaksana, dan humoris. Much respect on him.
So, kalau kamu lagi sedih jangan khawatir karena kesedihan itu akan berlalu. Dan kalau lagi senang juga jangan berlebihan karena itu pun akan berlalu. The thing is karena kesenangan dan kesedihan ga ada kemasannya, maka ga ada label tanggal kedualarsa yang dapat dilihat dengan kasat mata. We don’t know when it’s gonna end, but one thing for sure, it shall pass.
BEING VULNERABLE
Sekitar tiga minggu lalu, gue izin untuk ga ikut seru-seruan sama teman-teman gue. I told them that I wasn’t doing okay. I wasn’t sure what happened with me, but I felt like I wasn’t myself. So, I needed time to be with myself.
Itu adalah kali pertama gue memberi alasan yang jujur tentang kondisi internal diri gue.