Februari lalu, kami sekeluarga berkesempatan untuk “istirahat”. Lepas dari hiruk pikuk dan segala keriweuhan jadwal kegiatan sekolah, kantor, dan urusan rumah tangga, kami mendapat waktu untuk fokus pada kesehatan diri sendiri, selama 2 minggu. Wah, kenapa ya?
Well, after two years of dodging the ball, eventually we earned our turn. By the mid February, it was confirmed that my husband and I got Covid-19!
Lho, kok bisa? ‘Kan sudah menerapkan protokol kesehatan dengan maksimal?
Bicara soal penerapan protokol kesehatan, jujur saya cukup “ekstra”. Di rumah, Bibi adalah ART pulang-pergi (yang artinya beresiko karena yang bersangkutan keluar masuk rumah saya, dan saya tidak tahu di luar rumah bagaimana ‘kan), suami yang ngantor setiap hari, juga tiga anak kecil yang masih harus benar-benar diajari untuk disiplin prokes. Meleng dikit aja mereka cuci tangannya asal-asalan, padahal masih di rumah!
Saya menempelkan beberapa poster tentang protokol kesehatan di spot-spot strategis: area akses masuk rumah, wastafel, kamar mandi, juga sekitar dapur. Tujuannya semata-mata untuk membiasakan warga rumah, apalagi anak-anak agar aware dan disiplin menjalankan protokol kesehatan. Sejak awal pandemi pun anak-anak sudah diberi pengertian, dijelaskan hubungan sebab-akibatnya kenapa harus menjalankan protokol kesehatan dengan benar, apa resikonya jika mereka malas jaga kebersihan dan kesehatan, dll.