Destinasi pertama kita adalah Pantjoran Tea House, dulu dimasa kolonial Belanda kawasan Glodok memiliki peran penting dalam sejarah Batavia dan berdirinya Jakarta. Dimana saat itu Pantjoran menjadi pintu gerbang utama menuju Kota Batavia dari arah selatan.
Pada tahu 1629, terdapat serangan kedua pasukan Mataram ke Batavia sehingga menyebabkan Sungai Ciliwung sebagai satu-satunya sumber air bersih di Batavia pun tercemar kala itu. Banyak warga Batavia yang meninggal akibat wabah disentri dan kolera. Namun, jumlah korban dari warga Tionghoa justru sedikit. Diusut ternyata tradisi warga Tionghoa yang menyeduh teh dengan air panas telah menyelamatkan nyawa mereka.
Kawasan Pantjoran juga lekat dengan kisah kemurahan hati seorang Kapitan Cina bernama Gan Djie seorang saudagar sekaligus pejabat pemerintahan dan istrinya yang merupakan orang Bali. Dulu, setiap harinya, pasangan ini menyediakan 8 teko teh di depan kantor Kapitan. Dikarnakan dulunya depan pertokoan menjadi tempat singgah para pedagang keliling, buruh, pekerja kasar, masyarakat, yang mengalami kelelahan. Air teh dari 8 teko tersebut disediakan gratis dan bisa diminum tanpa dipungut biaya. Kawasan ini pun kemudian dikenal sebagai Patekoan, yang dalam bahasa Tiongkok Pa berarti delapan dan Te-Koan berarti teko teh.