Memasuki era revolusi industri 4.0, segalanya sudah tak lagi sama. Perkembangan dunia IT yang semakin cepat, memaksa kita untuk lebih melek teknologi dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Pandemi Covid-19 bisa dikatakan sebagai titik balik terjadinya revolusi besar-besaran dalam dunia kerja, misal dengan adanya penerapan WFO-WFH, dan rapat-rapat yang tadinya mengharuskan adanya tatap muka secara langsung, menjadi lebih banyak diselenggarakan via daring. Perbedaan sistem kerja ini pada akhirnya berdampak pada perubahan kualitas sumber daya manusia yang diinginkan oleh dunia kerja.
Skill dan Pembelajaran di Era Globalisasi
Saat ini kita ada di era yang mengutamakan penggunaan teknologi di segala bidang, salah satunya adalah automasi kerja yang ditandai dengan banyaknya pekerjaan yang tadinya dilakukan oleh manusia digantikan dengan mesin. Oleh karena itu, perubahan preferensi kualitas sumber daya manusia di era globalisasi ini tidak terelakkan lagi. Jika dulu banyak diperlukan tenaga kerja teknis yang mengutamakan hard skill, saat ini para pemberi kerja lebih menginginkan tenaga kerja dengan dibekali soft skill yang mumpuni.
World Economic Forum dalam future jobs report tahun 2016 menyebutkan bahwa ada 10 skill yang harus dimiliki untuk bisa bersaing di era globalisasi, yakni complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgement and decision making, service orientation, negotiation, dan cognitive flexibility. Metode pembelajaran pun banyak mengalami penyesuaian demi mencetak sumber daya manusia unggul yang dibekali soft skill dan hard skill yang berkualitas, sehingga mampu bersaing ketika memasuki dunia kerja nantinya.