Suamiku memarkir motor tepat di depan klinik. Ia berkata akan segera kembali setelah melakukan finger print di kantornya. Aku mengangguk lesu dan masuk ke dalam klinik yang masih sepi itu. Aku langsung berjalan ke bagian belakang dan melihat banyak pasien sedang mengantri dokter kandungan dan anak. Ada beberapa sofa yang masih kosong. Aku memilih duduk di situ, mengeluarkan ponsel dan memainkan ponsel.
“Dik, boleh saya duduk di sini?” Seorang perempuan dengan longdress dan perut membuncit mendekatiku.
“Silahkan, kak” aku mencoba tersenyum ramah dan kembali ke layar ponselku.
“Dokternya belum datang ya?” tanyanya.
“Sepertinya belum. Dari tadi pintunya belum dibuka.” Pandanganku tidak berpindah dari layar ponsel.
“Waduh, lama sekali. Oh, Tuhan…” Perempun itu bersandar agak kesusahan.