Kelindan Memori Ramadan, Abadi dengan Jaringan Internet Cepat – Rangkaian memori dan suasana Ramadan sekarang berkelindan. Berkas kenangan masa lalu meliuk-liuk, berkelebatan di benak. Ingatan tentang almarhum Papa (panggilan saya kepada ayah) kerap mengemuka di saat-saat begini saya ingat bagaimana kebiasaan my old man setiap harinya. Kalah cepat sedikit, beliau sudah keluar rumah untuk pergi membeli ifthar buat seisi rumah.
Di dekat rumah kami, setiap Ramadan banyak penjual penganan berbuka puasa yang mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Usai salat ashar di masjid, Papa berjalan kaki menuju salah satu booth penjual penganan itu, sering kali mengajak satu atau dua cucunya. Anak-anak saya senang-senang saja diajak Ato’-nya karena mereka boleh memilih penganan yang mereka inginkan.
Sesampainya di rumah, Papa tidak pernah memberikan bungkus penganan yang dibelinya kepada saya kalau saya tak memintanya. Tak pernah pula menyuruh saya memindahkan ke piring atau mangkuk. Selalu beliau yang membawanya masuk, meletakkannya di meja makan, mengambil piring bersih dari lemari piring di dapur, menata kue di atas piring, lalu menyiapkan gelas jika yang dibelinya berupa es buah atau es cendol.