“Sometimes the hardest part of the journey is believing you’re worth the trip.” — Glenn Beck
Menjadi pengguna aktif media sosial adalah privilege yang membuat kita terbuka terhadap ilmu dan pengetahuan baru.
Beberapa kali, saya melihat tulisan, menyaksikan video serta foto tentang Ibu pekerja (working mom) yang memberikan susu formula kepada bayinya. Isi komentar postingan tersebut banyaknya ialah dukungan pun Ibu bernasib sama yang menceritakan pengalamannya memiliki bayi dan berkarier dengan susu formula sebagai pilihan. Saya mengapresiasi dan sama sekali tak menyalahkan pilihan sebagian orang tentang apapun yang mereka anggap terbaik bagi anak-anaknya.
Tetapi, ketika saya menemukan postingan Ibu menyusui (entah itu direct breastfeeding atau ASIP) dengan sekaligus memberi edukasi tentang manfaat yang terkandung dalam ASI beserta prosesnya, kolom komentar sebagian besar diisi oleh protes dari Ibu yang memberikan susu formula kepada si kecil. Padahal, harusnya sederhana saja; jangan datang ke lapak buah-buahan kalau kamu tengah mencari daging. JANGAN MEMPERTANYAKAN intensi Ibu menyusui hanya karena kamu tidak mau, tidak bisa, dan tidak mampu menyusui bayimu seperti mereka. Kamu memilih susu formula? Silakan! Namun ada yang memilih untuk mengASIhi susah payah dengan cobaan-cobaan yang barangkali tak mereka paparkan hanya untuk membuat publik terkesan.