“Permisi, Mas. Ini Solo Ekspress kan ya?” tanyaku pada seorang lelaki yang duduk di seberang bangkuku.
“Iya, benar, Mbak.”
“Terima kasih,” jawabku sambil mengangguk-angguk.
Meski sudah berkali-kali naik kereta, kadang aku was-was juga jika menaiki kereta baru. Sebenarnya aku lupa ini kereta apa, entah Prameks, Joglokerto, Gajahwong, Fajar Utama, atau Solo Ekspress. Yang kuingat justru Prameks. Tapi kenapa tempat duduknya diatur? Berarti bukan. Kalau tidak Joglokerto ya Solo Ekspres karena bangkunya berhadapan. Pokoknya jadwal keberangkatannya pagi.
Kadang-kadang aku membayakangkan jika aku bertemu jodohku di kereta. Tapi sampai sekarang hal itu tidak pernah terjadi.
***
Kulihat tiketku, keretaku berada di jalur 2. Saat itu aku pulang sore hari. Biasanya aku pulang menggunakan Prameks. Kali ini aku menggunakan kereta yang lebih mahal (sambil mendongakkan kepala). Solo Ekspress. Tiga puluh ribu rupiah. Kereta yang belum lama launching.
Bukan bermaksud gengsi, hedon, dan mau sok kaya. Aku mencari jadwal kereta sore yang lebih awal. Kereta Prameks akan mengantarku sampai Kutoarjo saat hampir isya. Sudah gelap, angkot susah. Kalau dijemput, aku kasian dengan bapak yang harus menjemput malam-malam. Karena saat itu rencananya aku akan dijemput Bapak di stasiun Kutoarjo, aku mencari kereta yang bisa mengantarku lebih awal dari Prameks.
Tulisan selengkapnya bisa dibaca di blog saya