PART 3
PART 4
Hampir satu tahun berlalu, hubunganku dengan Safira noona menjadi semakin dekat. Ia kini selalu menceritakan setiap keluh kesah serta masalahnya padaku, sekecil apapun itu. Tatapan mata yang sejak awal mencuri perhatianku, kini telah berubah. Senyuman favoritku kini menjadi semakin indah dengan tatapan mata yang juga diselimuti kebahagiaan. Aku tak lagi melihat kesedihan dalam binar matanya.
Tentu saja harus seperti itu.
Karena sejak malam itu, dimana aku akhirnya mengetahui alasan dibalik kesedihan yang kurasakan setiap melihat matanya, aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk menghilangkan kesedihan itu. Aku ingin selalu membuatnya tersenyum tanpa merasakan beban sedikitpun. Senyuman yang benar-benar lepas, senyuman yang sepenuhnya dipenuhi dengan kebahagiaan.
“Tapi sekarang itu menjadi masalah buatku noona” ucapku.
Sontak ia berpaling menatapku penuh tanya.
“Berhenti menyimpan semuanya sendiri. Sekarang ada aku. Noona bisa menceritakan semuanya padaku.”
Aku terdiam sesaat, menatap kedua bola mata itu untuk sejenak.