Adakah Ibu yang Baik? Sebuah Refleksi Untuk Pemahaman Kanan dan Kiri
5 October, 2022
Marni duduk termenung di kursi teras, pukul sebelas malam ketika semua anaknya sudah terlelap dalam tidurnya. Saat yang lain sedang mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya, tapi Marni malah menjelajahi pikirannya yang kusut bak jemuran yang baru dicuci. Aktifitas pagi buta sebelum suaminya bangun, rengekkan kedua putranya yang semakin besar dan para telunjuk serta mulut yang mengadu ke arah dirinya membuatnya merasa menjadi ibu yang baik tidaklah mudah. Apa yang harus dilakukannya?
Beban Tanggung Jawab Vs Penerimaan
“Pak, aku itu capek banget lho,” kata Marni sambil mengasuh Dodo yang masih balita. “Bisa nggak sih, kalau di rumah sekali-kali bapak tidak perlu bawa kerjaan.” Sekali lagi Marni meminta suaminya untuk bisa memperhatikan dia dan keluarganya.
“Lha, aku ini ‘kan kepala rumah tangga. Tugasnya ya bekerja, kalau aku tidak bekerja siapa yang mau membiayai keluarga.” sahut Suaminya dengan santai tanpa memperhatikan Marni. “Lah, tadi sudah bekerja di kantor selama delapan jam, masak iya kurang?” tanya Marni masih berusaha menahan emosi.
“Lha, ini kerjaan harus diselesaikan besok. Sudah kamu kan tanggung jawabnya mengurus rumah dengan baik jadi lakukan saja tugas itu dengan baik,” kata suaminya. Marni yang sedari tadi sudah mengkomunikasikan perasaan dan rasa lelahnya, menjadi meluap dan mengomel kepada suaminya.
Selengkapnya di sini