fbpx

Anak Tantrum? 13 Tips Menghadapi si Terrible-Two

24 May, 2021
Apakah anak buibu hampir berusia 2 tahun? Sering mengalami tantrum maupun kejutan emosi darinya? Mungkin buibu pernah mendengar istilah terrible-two?
Fase ini memang lumayan hectic. Namun, akan menjadi tidak begitu hectic jika buibu paham konsepnya, dan ini bergantung juga pada how to deal with it!
Anak usia 2 tahun sedang memasuki fase dimana mereka menyadari bahwa mereka adalah pribadi yang berbeda dengan orang tuanya. Oleh karena itu di fase ini mereka mencoba untuk mengetes kemampuan mereka sendiri, mulai menunjukkan apa yang disukai maupun tidak disukai dan menjadi pribadi yang lebih independent (mandiri).
Namun saat mereka sedang berproses memahami dirinya tersebut, ini memang tidak mudah dan terkadang membuat mereka frustasi. Kemampuan dan kapasitas diri mereka masih terbatas, namun keinginan mereka untuk eksplorasi diri sangat tinggi. Sehingga di usia ini mereka merasa oversteps serta kesulitan untuk menunjukkan perasaannya dan mengontrol lonjakan emosinya.
Rasa frustasi dan kemarahan tersebut akan menunjukkan tangisan tantrum, memukul, menendang ataupun berteriak. Apalagi jika si anak belum bisa mengutarakan dengan jelas apa maunya (belum bisa bicara dengan jelas).
Selama fase ini buibu memang dituntut untuk lebih sabar sembari membantu si kecil untuk mengarahkan bagaimana mengekpresikan emosi tersebut dengan tepat. Lakukan secara konsisten.

Berikut adalah tips yang bisa buibu coba untuk menghadapi si manis terrible-two:

 

1. Name the emotion & Show your feeling

 

anak-tantrum-terrible-two
Kenalkan anak dengan macam-macam ekspresi. Buibu bisa melakukannya dengan membacakan buku dan menjelaskan apa yang sedang dialami oleh si karakter dalam buku tersebut. Sehingga anak akan mengenali “Oh aku sedang sedih” atau “Oh aku sedang marah”. Kemudian bantulah mereka untuk mengatasi emosi tersebut, beri insight untuk meluapkan emosi dengan tepat.
Katakan pada si kecil secara jujur bagaimana perasaan buibu saat si kecil mengungkapkan emosinya. Misalnya saja saat si anak berteriak marah, buibu bisa mengatakan “Ibu sedih mendengarmu teriak-teriak seperti itu. Ibu jadi tidak bisa mendengarmu bicara dengan jelas dan jadi tidak paham apa maumu”. Katakan juga emosi dari perspektif buibu sendiri, agar ia paham bahwa emosi dimiliki oleh semua orang. Tidak hanya dirinya sendiri.
BACA ARTIKEL SELENGKAPNYA di :
www.nurrahmahwidyawati.com
Baca Selengkapnya
Previous Post:

Cokelat dan Bayi

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Nurrahmah Widyawati
Mom of 2, Blogger, Desainer Grafis

Halo, !

Categories

More than 3500 female bloggers registered

PT. PEREMPUAN DIGITAL INDONESIA
Cyber 2 Tower 11TH Floor JL HR Rasuna Said Jakarta Selatan

calendar-full
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram