Hari itu mungkin hari yang biasa saja, semuanya berjalan seperti apa adanya. Cuaca tetap panas, kadang-kadang awan gelap menghampiri, seketika membuat was-was dan menduga seberapa deras hujan yang akan menyusul sesudahnya. Namun ada yang berbeda, saya berada 3.500 kilometer jauhnya dari Jakarta. Hari itu hari perdana saya menginjakkan kaki di Tanah Papua.
Tangan cekatannya terus memintal helai demi helai serat kayu yang berwarna cokelat gelap itu. Sesekali ia melihat ke arah saya. Mama Eli Namanya, tidak banyak yang ia bahas kala itu. Pikiran dan tangannya sedang fokus tertuju pada noken setengah jadi yang sedang dibuatnya. Sementara berjajar belasan noken-noken jadi berhiaskan bulu burung dan biji-bijian berwarna merah putih telah berbaris rapi di hadapannya. “Noken khusus pesanan PON,” katanya singkat.
“Ini sedang menyelesaikan noken pesanan untuk souvenir PON XX Papua. Ada sekitar 100-200 pesanan noken untuk souvenir PON nanti,” begitu kata pegawai bandara Ewer di Kabupaten Asmat yang kami temui. Semua orang yang bercerita saat itu kepada kami, menceritakan kisah perihal buah tangan untuk kegiatan akbar olahraga 4 tahunan tersebut dengan rasa bangga yang menyeruak. Bahkan kami tidak perlu waktu lama untuk beristirahat di area kedatangan bandara, saat itu kami langsung dijemput untuk menyaksikan pembuatan noken secara langsung. Rupanya noken- noken ini berjajar untuk dipersiapkan sebagai salah satu souvenir bagi atlet ataupun tamu-tamu yang hadir dalam perhelatan akbar PON XX Papua.
……
keren , aku juga buat artikel tentang tutorial membuat noken nih https://www.naomiwai.com/2021/07/noken-diy-tutorial.html