Akhir-akhir ini kita sering mendengar bencana banjir dimana-mana. Termasuk di Kota Kecilku, Kota Metro. Hujan lebat berkali-kali mengguyur Kota Metro. Banyak tempat yang terdampak banjir. Saya memantau perkembangannya melalui grup facebook.
Mereka banyak membicarakan tentang perbedaan dulu dan sekarang. Dulu Kota Metro jarang terdampak banjir meskipun hujan lebat. Ada yang bilang karena banyak lahan sawah yang telah beralih fungsi jadi perumahan. Sebenarnya ini logika sederhana dari warga yang menurut saya cukup tepat.
Semakin kesini, kebutuhan akan rumah tinggal semakin meningkat seiring dengan bertumbuhnya populasi penduduk. Tapi yang sering terlupakan adalah pengalihfungsian sawah menjadi perumahan tidak diimbangi dengan pengadaan sumur resapan yang setara seperti sebelumnya. Daya resap lahan saat masih berbentuk sawah dan saat sudah menjadi komplek perumahan menjadi berbeda jauh. Tidak mengherankan jika hari ini Kota Metro ikut terdampak banjir.
Ini tentu berbahaya jika tidak segera diatasi. Kita harus belajar dari Kota Jakarta yang terlalu pelik mengatasi masalah banjir. Usul punya usul banjir juga disebabkan oleh degradasi lahan gambut yang ada di hutan. Akibat maraknya alih fungsi lahan gambut menjadi ladang industri, lahan gambut yang semula berfungsi menahan banyak air ketika hujan, kini sudah berkurang daya serapnya.