Orang Indonesia punya selera basa-basi yang tinggi? Tentu saja. Meski memang ada pula sebagian kecil orang yang kesulitan atau memilih untuk tidak berbasa-basi, nyatanya masyarakat tak pernah lepas dari sikap yang satu ini. Jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, basa-basi adalah adat sopan-santun, tata krama pergaulan; ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan-santun dan tidak untuk menyampaikan informasi yang diucapkan apabila bertemu dengan kawan. Pengertian ini tentu sangat relevan dengan yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Berbasa-basi dengan bertanya kabar kepada orang yang baru kembali bertemu setelah sekian lama adalah sebuah kewajiban untuk menjadi pembuka pintu obrolan selanjutnya. Berbasa-basi dengan orang yang ditemukan setiap hari (misalnya dengan tetangga) pun sudah lumrah dilakukan. Beragam pertanyaan seperti mau ke mana?; habis dari mana? sudah sering dilontarkan jika saling berpapasan. Basa-basi pun dipakai saat kita melewati rumah tetangga dan menemukan tetangga yang sedang beraktivitas di halaman rumahnya, seperti menggunakan sapaan lagi mejeng aja, Pak?; lagi nyuci motor?; nyiram tanaman, Bu? ataupun hanya berucap punten atau permisi. Keramahan yang terkenal hingga mancanegara ini tentu menjadi warisan sekaligus kekayaan bangsa Indonesia yang diterapkan secara turun-temurun dan tak boleh hilang karena sifatnya sudah masuk menjadi bagian dari budaya. Sungguh, alangkah indahnya jika kebiasaan baik ini terjaga.
Selain basa-basi yang (kebanyakan) dilandaskan atas prinsip kesopanan, ada pula basa-basi yang dilandaskan atas dasar meyakinkan diri. Pernahkah kamu bertanya kepada sopir angkot tentang jurusan angkot yang akan kamu tumpangi, padahal jelas-jelas tulisan tersebut sudah tertera di kaca depan mobil? “Mang, jurusan Elang-Nangor? ” Atas dasar apa biasanya orang-orang melakukan hal tersebut jika bukan untuk meyakinkan diri (atau justru meyakinkan sopir angkotnya)?
Pertanyaan dan ungkapan dari basa-basi (yang merupakan hal baik) tersebut semuanya berubah setelah negara api eh sebuah pertanyaan khusus menyerang. Jika basa-basi adalah sebuah perilaku sopan santun, mengapa ada basa-basi yang (sepertinya) menjadi buruk dan tidak mengenakkan hati?