Ketika Bekerja di Bidang yang Sama dengan Pasangan
Dulu, saya emosi dan kesal banget ketika dia berargumen, bahwa saya tuh selalu menganggapnya saingan, saya menyepelekan usaha dia.
Saya rasa, sikap tersebut sebenarnya cerminan dari dia sih ya.
Saya kesal, dia mengatakan saya malas karena urus anak dan rumah aja, selalu mengeluh.
Dulu, saya mencak-mencak menunjukan, bahwa anak kami yang saat itu baru satu, si Kakak yang super spesial banget, karena waktu di bawah 6 tahun usianya, langganan dokter anak mulu.
Saya kesal, karena dia secara tidak langsung selalu menyamakan anak kami dengan mereka, yang memang nggak terlalu di protect sama ibu mereka (ya iyalah, kebanyakan sih!).
Tapi memang sih, saya sering memberikan masukan kepadanya, tentang bagaimana dia bersikap di kerjaannya.
Alasannya?
Saya juga mantan pekerja proyek, dan meski masa kerja saya jauh lebih sedikit ketimbang dia, tapi jangkauan bidang yang saya kerjakan dulunya tuh, jauuuuhhhhhhhhhhhhhhhh lebih luas.
Kalau dia di proyek, cuman di bagian Quality Control, eh bahkan cuman staf Quality, karena dia belum punya sertifikat kompetensi (sungguh saya geleng-geleng kepala, pengalamannya udah belasan tahun, tapi karirnya mentok di situ mulu, nggak punya sertifkat pula).
Duhh fokus Rey!
Abisnya saya gemes banget, kalau ingat semua ini, tapi wajib saya tulis, biar nggak dipendam di hati aja, sementara saya nggak punya teman buat bercerita.
Waktu bekerja dulu, saya selalu dekat dengan atasan, banyak yang menganggap, saya dekat dengan atasan karena saya perempuan.
Mereka nggak tahu aja, kalau dekat sama atasan itu, nggak bisa dilakukan semua orang, karena menderita tauk, tugasnya berlipat ganda.
Cuman, saya dulunya tuh gila kerja banget, jadi kalau orang lain melihat saya bodoh atau cari muka dengan menerima semua tugas dari atasan.
Saya malah terlalu ‘rakus’ dikasih kerjaan, rasa ingin tahu saya tuh nggak bisa dipendam rasanya.
Jadi, di manapun saya bekerja, rasanya saya kepo pengen tahu dengan semua bidangnya.
Nggak percaya?
Ya saya buktikan dari kegiatan ngeblog ini.
Sejak tahun 2018 saya ngeblog, mengurus beberapa blog, menaklukan semua tantangannya, nggak ada tuh pakai coach-coach an, nggak pakai nanya blogger lainnya, tapi cari tahu sendiri.
Sungguh rasa ingin tahu saya itu membuncah meluber, sampai semua hal pengen saya ketahui, wakakaka.
Kembali ke masalah dekat dengan bos.
Karena saya dekat dengan bos, dan saya mau-mau aja disuruh kerjain apa aja, saya jadi punya banyak pengetahuan tentang apa saja, termasuk cara berpikir bos atau atasan.
Dan semua yang saya ketahui itu, saya berikan ke papinya anak-anak, karena kan di saya udah nggak bisa berlaku lagi, orang saya sibuk fokus urus anak kan ye.
Saya pengen, dia tuh bisa lebih sukses, dengan cara mengikuti pola pikir atasan, karena dalam sebuah perusahaan itu, yang namanya atasan ya wajib diikuti, kalau enggak, ya udah kerja aja sendiri-sendiri.
Nggak usah pakai manajemen proyek, wakakakkaka.
Tapi, entah karena caranya salah (dan sayapun nggak tahu, cara yang benar itu gimana, toh apa yang saya beritahukan ke dia itu, biasanya hanya semacam penyemangat, biar dia semangat dan bisa cepat naik jabatan).
Baca Selengkapnya
Visit Blog