Tidak terasa hari ini sudah ramadan yang ke-19 ya. Artinya sehari lagi masuk sepuluh hari terakhir di bulan ramadan. Jika sudah tampak 10 malam terakhir, maka pertanda ramadan akan segera pergi. Sedihkah kalian mendengar kabar itu?
Tanyakan kepada hati kita masing-masing. Apakah kita merasa sedih mendengarkan ramadan pergi atau malah senang? Jika saya ditanya dengan pertanyaan seperti itu, maka saya akan menjawab. Saya sedih karena belum tentu kita akan bertemu kembali di ramadan berikutnya.
Alangkah indahnya diri dan hati yang merasakan kesedihan saat kepergian ramadan dan senang saat kedatangannya. Dia akan melakukan amalan selama ramadan dengan sebaiknya. Dia tahu bahwa ramadan itu berbeda dengan yang lain karenany dia akan mengisi hari-hari dengan kebaikan.
Apa sih yang membuat kita sedih saat kepergian ramadan? Saat itu kita sedih bahwa ramadan akan kita temui di tahun depan. Kita akan merindukan saat berlomba-lomba melakukan kebaikan. Kita akan rindu rasanya berpuasa bersama lalu berbuka dengan hidangan yang sederhana.
Kita akan merindukan suara tilawah dan tadarusan di mushola atau masjid setelah sholat magrib atau subuh. Kita akan merindukan suasana tontonan yang syarat nilai di televisi. Kita akan merindukan kegiatan sahur dan berbuka setiap hari. Kita akan merindukan bahwa nilai pahala kita akan dilipatgandakan oleh Allah.
Saya merindukan ramadan seperti merindukan seseorang yang jarang saya temui. Saya merindukan ramadan meskipun masih banyak waktu yang terbuang sia-sia. Saya merindukan ramadan dan berharap tahun depan akan merasakannya kembali.
Ramadan, hadirlah kembali. Izinkanlah saya kembali berjumpa denganmu. Izinkan saya membersamaimu sampai akhir. Kerinduan yang ada di hati harus tertunaikan, ramadan. Saya ingin jika bertemumu kembali di tahun depan, maka saya akan bertambah lebih baik lagi.
Saya ingin bertemu denganmu di tahun depan dengan membawa harapan besar untuk menjalani hari-hati bersamamu. Saya ingin terus berbuat lebih baik nantinya.