Siapa yang tidak suka menyaksikan momen terbitnya matahari di ufuk timur? Di mana semburat kemerahan dari kedatangan sang surya pada hari itu dibersamai dengan keindahan-keindahan lainnya. Kali ini saya menyaksikan fenomena alam itu di sebuah dataran tinggi, di spot terbaik di Negeri Atas Awan. Tepatnya di Bukit Sikunir, Dieng.
Seperti perjalanan kami ke Ledok Sambi Yogyakarta, liburan ke Dieng ini, awalnya hanya rencana ‘liburan sisipan’ saya dan suami setelah mudik ke Cilacap.
Tapi ternyata keluarga yang lain excited ingin turut serta. Ditambah lagi, pada mudik kali ini, kami juga memboyong kedua orang tua dan adik saya. Jadilah kami berlibur ke Dieng bersama keluarga saya dan suami. For the first time!
Dieng sendiri merupakan sebuah desa di Kabupaten, Wonosobo, Jawa Tengah. Secara teori sih, karena sama-sama di Jawa Tengah, seharusnya tidak begitu jauh dari Cilacap.
Kenyataannya butuh waktu sekitar 7 jam perjalanan untuk menuju kesana dengan mengendarai mobil pribadi. Kami berangkat dari Cilacap hari Minggu, ba’da Ashar, tiba di Dieng sekitar pukul 9 atau 10 malam.
Aduh, lumayan pegel juga sih!
Tapi kami bawa enjoy saja. Terutama saya yang begitu menikmati perjalanan sambil bertanya-tanya kepada suami nama-nama daerah, sungai, jalan, dll yang kami lewati.
Maklum, ini pertama kalinya buat saya melintasi Jawa dengan mobil pribadi, karena sebelum-sebelumnya hanya naik bus. Itu pun tidak ada yang bisa saya tanyai.
Perjalanan terbilang lancar, tidak ada kemacetan. Kami hanya berhenti sekali untuk solat maghrib.
Hari sudah gelap saat kami memasuki kawasan Dieng. Kadang kami melewati jalan yang menanjak dan berliku tanpa ada penerangan sedikit pun selain cahaya dari lampu sen mobil. Agak menegangkan tapi juga menyenangkan.
Sayangnya, karena sudah gelap, kami jadi tidak bisa melihat pemandangan sekitar yang pasti indah banget. Dalam kegelapan, kami cuma bisa lihat pepohonan di sepanjang pinggir jalan yang tidak terlalu jauh dari kami.
Sampai di homestay, kami semua langsung tidur karena sudah sangat kelelahan.
Alarm berbunyi tepat pukul 03.00 dini hari. Suhu udara yang saat itu hanya 14°C, saya agak menggigil kedinginan. Ditambah mata yang masih mengantuk, membuat saya tadinya mengurungkan niat untuk pergi ke Bukit Sikunir.
Kayaknya dingin-dingin begini, enaknya tarik selimut dan tidur lagi huaaamm.., batin saya saat itu.
Tapi saya malah gak bisa tidur lagi, kayak selftalk, “Hey, udah jauh-jauh ke Dieng, gak sayang melewatkan momen sunrise di Bukit Sikunir?!”
Seketika saya bangun dan bergegas. Membangunkan suami dan yang lainnya. Saat itulah suhu udara terasa tidak sedingin tadi. Mungkin karena tubuh sudah mulai aktiv beraktivitas.
Total yang akan ikut ke Bukit Sikunir ada 6 orang; saya dan suami, adik dan adik ipar, serta dua orang sepupu ipar. Sedangkan para orang tua tidak ikut dan tinggal di homestay.
Tidak lupa kami memakai jaket, kaus kaki, bahkan sarung tangan untuk menghangatkan badan. Dengan membawa bekal seadanya, kami segera berangkat berburu sunrise sekitar pukul 03.40 dini hari.
Saat masih melewati sekitaran homestay kondisinya belum terlalu gelap karena masih ada cahaya dari homestay dan hotel sekitar.
Tapi setelah itu, saat jalan sudah mulai menanjak, kondisinya jadi sangat gelap, tidak ada penerangan sama sekali. Lagi-lagi hanya mengandalkan penerangan dari lampu sen mobil.
Selama di perjalanan, kami juga tidak menemukan plang petunjuk menuju lokasi, jadi kami hanya mengandalkan Google Maps.
Menurut info dari teman suami, jarak dari homestay ke Bukit Sikunir hanya 5-10 menit, nyatanya lebih dari itu. Hadeh. Mungkin maksudnya kalau naik motor dan ngebut kali ya.
Pak supir menyetir dengan pelan dan hati-hati. Selain karena kondisi jalan yang gelap, menanjak dan berliku-liku, juga sepertinya kanan kiri kami adalah jurang.
Wah, ngeri-ngeri sedap euy! Perjalanan kami benar-benar seperti mendaki gunung lewati lembah.
Sudah lebih dari 10 menit, kami belum sampai juga. Koneksi internet sudah tidak ada. Gimana nih, kami jadi khawatir nyasar atau salah jalan.
Untungnya ada rombongan pengendara motor di belakang kami yang menyalip. Yah, kayaknya mereka mau berburu sunrise juga sama seperti kami. Oke lanjut!
Tidak lama akhirnya kami menemukan pintu masuk lokasi Bukit Sikunir. Kami dikenakan tiket masuk Rp 15.000/orang dan wajib memakai hand sanitizer yang diberikan oleh petugas.
Di lokasi, sudah ada beberapa kendaraan yang terparkir. Sampai di sini sudah mulai ramai orang, tidak seperti di jalan tadi yang begitu lengang. Tarif parkirnya Rp 10.000.
Di sekitar tempat parkir ini banyak yang berjualan sweater, sarung tangan serta souvenir khas Dieng.
Kami bergegas solat subuh sebelum kemudian langsung naik ke lokasi utamanya.
Dari lokasi parkir, kami harus jalan kaki untuk mencapai spot utama Bukit Sikunir. Nah, di perjalanan menuju ke sana ada banyak pedangang makanan matang seperti kentang kecap Dieng, gorengan, sosis goreng, dll. Pokoknya bikin ngiler semuanya deh.
Sebenernya perut udah laper banget sih. Tapi mana sempaaat, keburu telat. Hu’um mana sempat.. (pake tone iklan Energen).
Soalnya kami harus nguber waktu supaya gak telat melihat sunrise. Namun, tidak semudah itu Ferguso..
Namanya bukit, jalannya pasti menanjak ke atas ya kan? Awalnya saat melewati pedagang-pedagang itu masih lumayan gampang, tapi tidak jauh kemudian terpampang di hadapan kami anak tangga yang terbuat dari bebatuan. Tersusun cukup curam dan banyak.
Awalnya kami masih biasa-biasa saja, tapi lama kelamaan kami mulai ngos-ngosan. Kaki-kaki juga mulai pegel, kayak udah gak mampu lagi buat lanjutin perjalanan.
Banyaknya pengunjung membuat kami tidak boleh terlalu lama beristirahat karena akan menghalangi jalan mereka. Jadi walaupun capek, we must go on.
Kami juga harus hati-hati karena di pinggir tangga adalah jurang. Menjaga keseimbangan badan juga penting agar tubuh tidak oleng ke belakang.
Adik ipar sempat istirahat sebentar untuk mengatur nafas, ditemani yang lain. Sementara saya pun harus berpegangan pada pagar pembatas di pinggir tangga atau bertumpu pada badan suami agar tidak jatuh.
Rasanya ingin menyerah aja, balik lagi ke mobil, melihat anak tangga di depan yang seperti gak ada habisnya, dan semakin lama semakin tinggi. Kami sangat kelelahan.
Namun saat mulai tampak semburat kemerahan dari cahaya matahari yang akan terbit, kami jadi semangat lagi untuk bergerak supaya jangan sampai ketinggalan momen sunrise-nya.
Setelah proses mendaki yang melelahkan dan perlu perjuangan, akhirnya kami tiba juga di puncak Bukit Sikunir, yeaayy!
Sampai di atas, terpampang di depan mata kami keindahan alam yang sungguh-sungguh luar biasa menakjubkan. Sang surya yang perlahan muncul di ufuk timur, menimbulkan rona merah yang menyeruak horizontal ke penjuru alam.
Sebuah gunung dengan bentuk segitiga sempurna, begitu cantiknya berdiri kokoh di depan kami. Bentuknya begitu besar seolah-olah sangat dekat di depan kami. Ada juga puncak gunung-gunung lainnya yang menambah keeksotisan sunrise ini.
Rasanya segala lelah tadi terbayar lunas dengan panorama matahari terbit ini.
Dan inilah pesona matahari pertama di hari itu di Bukit Sikunir Dieng. Masya Allah..
Bisa dilihat di video ini juga
Setelah momen sunrise usai, pemandangan alam sekitar tidak kalah cantiknya. Kami jadi bisa melihat bukit-bukit berundak di sekitar dengan pepohonan hijau yang lebat. Kami juga bisa menengok lanskap dataran di bawah kami.
Langit biru memayungi gunung. Serta awan juga terlihat jelas.
Udaranya sangat sejuk dan asri. Cenderung dingin, tapi tidak sedingin saat masih subuh tadi. Andai saja kami bisa membungkus dan membawa udaranya ke Jakarta sebagai oleh-oleh, hehe.
Walaupun kami ke sana di hari Senin, lokasi wisata ini cukup ramai dikunjungi wisatawan. Ada juga rombongan yang berkumpul dengan salah satunya memegang toa untuk menghimbau kelompoknya.
Jadi kami harus agak tricky untuk mengambil foto, juga dalam menjaga jarak aman.
Puas melihat sunrise dan pemandangan after sunrise, waktunya kami ‘turun gunung’. Nah, kami akhirnya kesampean juga beli sarapan di pedagang-pedagang di bawah.
Kami membeli kentang kecap Dieng yang eeenaaak banget. Sayangnya saya lupa foto karena saking enaknya haha. Tapi kalau penasaran bisa diintip bentuknya di ajakanak.com, hati-hati ngiler 😀
Berburu sunrise ke Bukit Sikunir, di Negeri Atas Awan, Dieng recommended banget buat kamu penyuka momen ini. Saya sendiri sangat bersyukur dan senang bisa ke sana, apalagi bersama keluarga.
Tipsnya jika mau ke sana, mungkin harus berangkat lebih pagi lagi biar bisa sempat sarapan, pakai pakaian hangat dan jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan ya!
Lokasi : Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah
Harga tiket masuk : Rp 15.000/orang
Tarif parkir : Rp 10.000/mobil
Fasilitas umum : toilet umum berbayar, mushola, tempat parkir