Mae frens, saya mau cerita sedikit. Curhat, Maah.. Hehe. Jadi, saya merasa ibadah Ramadan lebih berat dijalani sejak saya menjadi ibu rumah tangga. Rasanya, dulu nih ya saat masih single dan bekerja di ranah publik, nggak pernah saya menjalankan puasa sampai yang merasa kelaparan berat dan pengen mokel, tau mokel kan ya? Wkwk..
Namun, setelah saya resign dan mengurus rumah sendiri, bersama si bocil yang masih balita, rasanya kok saya kelelahan terus. Padahal, as we know pekerjaan rumah nggak habis-habis, belum lagi harus nemenin dan ngasuh bocil. Asli, capeknya lebih berasa. Capek gara-gara nahan emosi apa ya? Haha.
Pernah juga nih, menjelang puasa beberapa tahun lalu, saya sekeluarga kena Covid-19. Parahnya, penyakit asam lambung saya kumat dan terpaksa nggak diperbolehkan berpuasa oleh dokter sepanjang Ramadan karena saat dibawa puasa, malah bolak balik masuk IGD. Paraaah..
Tahun berikutnya, saya menjalani puasa dalam keadaan LDM dari suami. Itu juga challenge banget sih. Selain karena sahur dan berbuka sendirian, saya jadi merasa tertuntut untuk tidak boleh sakit. Kalau saya sakit, anak saya gimana? Kami hanya berdua di perantauan dan nggak punya sanak saudara saat masih di Sukabumi.
Tahun ini, alhamdulillah kami bertemu Ramadan dalam kondisi fisik yang sehat dan sudah tidak LDM-an lagi. Tentunya, nikmat sehat yang diberikan kali ini harus dijaga dengan sebaik-baiknya, terutama di bulan Ramadan, agar bisa tetap aktif beraktivitas dengan normal. Gimana caranya?
Baca selengkapnya di artikel berikut yuk!