“Loh kok cemburu sama Ibu Mertua sih? Laki lo ada kan karena ibu mertua juga.”
Sesimpel itu memang orang akan berkomentar. Apalagi kalau teman-teman yang suka baca di quora, yang ada dihujat tuh orang yang bertanya wajar ga saya cemburu dengan mertu?
Percayalah teman, rasa cemburu ini juga diversifikasinya banyak.
Mulai dari jenis hingga kadar cemburu itu pasti berbeda. Nah, seperti kasus adik kelasku tadi di atas. Bisa sama bisa tidak dengan kasus yang lain. Memang yang perlu diperhatikan di sini, hati-hati dalam melakukan curhat. Jika orang yang tidak tepat yang ada hanya ada pembenaran atau penghakiman tunggal.
Saya sendiri pernah mengalaminya, tidak dalam kadar yang berat setidaknya masih dalam ranah sendiri. Seperti sedih dan galaunya sendiri. Saat itu, rasa cemburu hadir bukan saat suami dekat dengan sang ibu mertua. Justru ketika anak-anak saya dekat dengan ibu mertua saya.
Ketika anak-anak saya dekat dengan ibu mertua, banyak suara goib yang menjajah otak saya yang mendominasi. “kamu bukan ibu yang kompeten, lihat ibu mertua kamu, ah kamu ga bisa dekat dengan anakmu.” Dan sebagainya.
Kalimat-kalimat yang tidak nyaman bermunculan. Sebetulnya kalimat itu adalah pikiran saya sendiri, asumsi yang saya buat. Ditambah citra diri dan pengaruh dari tontonan serta cerita orang-orang.
Jika melihat kejadian tersebut dengan metode helicopter dan senetral mungkin, hal itu sangat wajar karena dengan pengalaman melahirkan dan merawat anak pertama. Semua serba trial dan eror. Ditambah harus tinggal dengan mertua. Subhanallah kan.
Gesekan-gesekan pasti ada. Mulai dari kebiasaan dan kepercayaan yang diyakini mertua dan kami pasti ada celahnya. Dari yang masuk akal sampai tidak. Jika tanpa dukungan suami sebagai penengah yang bijak pasti akan banyak kesalahpahaman. Walaupun dalam kasusku juga hidup tak semulus itu. Sebelum kita beranjak ke bagaimana mengatasi cemburu pada mertua, kita selidiki kenapa sampai ada rasa cemburu pada mertua?