Panggil saja ia Yasi. Pagi itu gue melihatnya berdiri berpegangan pada tiang bus yang berada tepat di sebelah kiri tempat gue duduk. Yasi sedang asik berbincang dengan dua orang temannya. Sepertinya topik pembicaraan mereka seru karena terdengar ramai sekali.
Dari bahasa yang mereka gunakan, gue bisa menebak asal negara mereka. Kebetulan dulu gue juga punya teman dari negara itu. Sayangnya, gue menyerah untuk belajar bahasanya karena terlalu susah, terutama pelafalannya.
Sepertinya Yasi dan teman-temannya adalah orang yang ramah. Gue jadi tergerak untuk menyapa mereka. Bagaimana pun juga, I needed to make new friends karena gue berada di negeri orang tanpa saudara. Apalagi pagi itu gue merasa kesal setelah menghadapi salah seorang yang gue kira adalah teman.