“Young people worldwide fear a lack of economic opportunities” – Global Youth Wellbeing Index
Memasuki era digitalisasi membuat cukup banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari pendidikan, sosial, hingga pekerjaan. Saya sendiri yang melihatnya cukup khawatir, mampukah saya akan bertahan jika keahlian yang saya miliki masih begini-begini saja?
Meski belum bisa dibilang ‘tua’ banget, tapi di usia 26 tahun ini saya kok merasa tertinggal jauh ya? Beberapa keahlian teknologi yang saya punya, seolah masih belum bisa menyamakan standar keahlian yang seharusnya dimiliki semua orang.“Give a man fish and you feed him for a day. Teach a man to fish and you feed him for a lifetime.” – Chinese philosopher, Lao Tzu
Terlebih setelah pandemi menyerang, banyak berita pemutusan hubungan kerja. Yang pegawai kantoran saja bisa di phk, bagaimana nasib orang-orang yang bahkan nggak memiliki keahlian dalam dunia digital?
Hal ini membuat saya jadi semakin was-was, bagaimana kelak kehidupan di masa adik saya (yang saat ini masih kelas 5 SD) dewasa? Akankah pekerjaan seperti staf administrasi dan sejenisnya masih dibutuhkan? Sampailah saya pada kesimpulan, saya harus membekalinya dengan keahlian dalam bidang teknologi dan juga entrepreneur.
Tapi, permasalahannya adaalah, bagaimana membuat pembelajaran yang terasa berat dan membosankan itu menjadi begitu menyenangkan dan mudah diingat?