Saat awal Ramadan kemarin, doa khusus yang saya minta kepada Allah adalah agar Allah membersihkan hati saya. Saya berharap, Ramadan dapat mendidik saya untuk menjernihkan hati, dapat lebih ikhlas beribadah dan lebih luwes menjalani semua ketetapan-Nya. Tentu hal tersebut berujung pada harapan tertinggi, yakni agar menjadi orang yang bertakwa dan senantiasa diridai Allah.
Awal Ramadan pula, asam lambung saya sedikit kambuh. Hal ini juga cukup diperparah dengan kondisi gangguan cemas atau panik berlebih. Oleh karena itu, full selama sepuluh hari pertama di bulan Ramadan, makanan yang saya konsumsi tidak pernah lepas dari makanan rebus (labu siam dan wortel), protein yang tidak terlalu banyak digoreng, menghindari makanan bersantan, menghindari makanan manis berlebih/buatan, dan menghindari hidangan dingin. Namun, pada menjelang pertengahan Ramadan, saya mulai ‘nakal’ karena menganggap sudah sehat dan merasa boleh sekali-kali ‘melanggar aturan’. Saya request pada suami untuk dibelikan gorengan dan ayam krispi (saking kangennya makan gorengan). Saya juga mencicip hidangan berbuka dengan tambahan es batu. Lalu, saya juga melahap hidangan soto dan nasi uduk yang diberikan oleh tetangga (siapa yang ga nolak ya).