Menabung di Beijing tidak mudah. Setiap bulan bukannya tertabung, tapi malah terutang. Aku tanyakan berulang kali pada mahasiswa yang sudah berusia tua dan punya perencanaan bagus dalam pengelolaan serta manajemen keuangan. Apa penyebab aku tidak bisa menabung? Padahal aku sudah berusaha maksimal dalam menabung.
“Tidak masalah, Fa. Ini semester pertama. Kamu butuh banyak hal untuk dibeli. Semester kedua atau tahun kedua, insyaallah kamu akan bisa menabung. Kamu tidak boros. Kamu memang belanja sesuai dengan kebutuhanmu saja. Biaya hidup di Beijing memang sangat mahal,” tutur Eshraga, perempuan berusia setengah abad asal Sudan.
Kalimat Esharaga melegakan hatiku. Kelegaan ini ternyata tidak berlangsung lama. Ketika meluangkan waktu mengobrol dengan teman di provinsi lain Tiongkok, dia menceritakan punya rencana mendatangkan seseorang dari Indonesia. Kami yang akan patungan untuk menanggung tiket pulang pergi, makan, transportasi lokal, penginapan di Tiongkok, dan akomodasi lainnya. Mereka meminta sumbangan wajib sebesar 500 RMB setiap orang. Lebih boleh, kurang tidak boleh. Aku terkejut, ini bukan jumlah yang sedikit untuk kondisiku di awal semester.